Pada tahun 2020 ini, emas hitam-sebutan lain cengkeh-kembali merosot tak terbendung. Jika tahun lalu turun karena masa panen, sekarang harus merosot lantaran ada pandemi virus korona.
Di Sulawesi Tengah, terpantau harga cengkeh anjlok di di beberapa daerah. Terutama di Toli-toli, Sigi, dan Donggala. Jika berdasarkan harga ideal petani, harga cengkeh adalah Rp100 ribu hingga Rp 125 ribu per kilogram. Namun hingga pertengahan tahun 2020 sampai dengan Agustus, harga cengkeh di tingkat petani rata-rata hanya bermain pada harga tertinggi Rp65 ribu per kilogram.
Bahkan, ada yang di bawah angka tersebut. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, harga cengkeh bisa menyentuh angka Rp125 ribuan per kilogram.
Seperti diutarakan petani cengkeh asal Sigi, Nadir. Orangtuanya berkebun cengkeh di Kinovaro, Sigi. “Sekarang ini, Rp65 ribuan yang kering,” kata dia. Sebelumnya, kata Nadir, harga cengkeh bisa mencapai Rp110 ribu.
Meski jauh dari harga pokok produksi Rp100 ribu per kilogram, cengkeh tersebut harus dijual untuk membantu bertahan hidup di situasi saat ini. “Yang penting bisa diputar,” kata Nadir.
Di musim panen, petani harus menjual untuk membayar upak pemetik. Kendati pengepul membeli dengan harga murah. Bahkan, jauh sebelum panen modal telah dikeluarkan untuk membuat tangga.
Senada dengan Nadir, Mirza petani cengkeh di Toli-toli mengatakan, situasi saat ini tidak menguntungkan bagi petani. Harga cengkeh anjlok. Selain masalah pandemi Covid-19, menurunnya harga cengkeh pada tahun 2020 juga disebabkan musim panen yang melimpah. Hukum pasar berlaku. “Stok komoditas tersebut melimpah sehingga harganya merosot tajam,” kata Mirza.
Di Sulteng, tanaman sejak masa kolonial ini tumbuh subur di Kabupaten Sigi, Donggala, Poso, Parimo, Banggai, Banggai Laut, dan Banggai Kepulauan. Masyarakat menggantungkan pendapatan dari berkebun cengkeh. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2016 total areal perkebunan cengkeh di Sulteng 68.162 hektare dengan jumlah produksi 17.171 ton.
Menurut Ketua Kamar Dagang dan Industri Kota Palu, Gufran Ahmad, harga cengkeh di Palu akan kembali positif setelah situasi saat ini normal lagi. Seiring dengan pemanfaatan cengkeh untuk industri rokok menggeliat. “Pabrik rokok akan meningkatkan produksinya setelah virus korona. Masyarakat mengurangi merokok karena pendapatan yang menurun. Pengeluaran masyarakat pastinya untuk kebutuhan dasar seperti kebutuhan pokok yaitu beras, lauk, listrik. Setelah terpenuhi baru merokok,” jelas dia. (bas/ali)