TRANSPORTASI laut untuk pasien mendesak disediakan pemerintah Kabupaten Banggai Laut. Hal ini agar ketika terdapat warga dari UPT RSUD Banggai yang harus dirujuk ke RSUD Luwuk mendapat tempat yang layak di atas kapal laut, tak seperti dua pasien kemarin yang harus tidur berdekatan dengan boks ikan dan mesin yang bising.
Kedua pasien itu dari Desa Tinakin dan Kelurahan Dodung, Kecamatan Banggai. Mereka sebelumnya dirawat di UPT RSUD Banggai, kemudian dirujuk ke RSUD Luwuk. Ke wilayah tujuan, mereka harus berada di kapal selama 7 sampai 8 jam.
Hal ini dibenarkan Wakil Ketua II DPRD Banggai Laut, Mohamad Tanjung Pawara. Anjung-sapaannya-membantu proses pengangkutan pasien dari mobil ke kapal. Saat itu, politikus Nasdem itu berpapasan dengan mobil kedua pasien, ia memutuskan putar arah setelah mengetahui bahwa warga Kabupaten Banggai Laut yang mesti dirujuk ke RSUD Luwuk. “Ada 2 tenaga kesehatan yang damping,” katanya.
Namun, ia menyesalkan kedua pasien itu yang ditempatkan dekat mesin kapal dan boks ikan. Menurut dia, hal itu tidak perlu terjadi apabila terdapat speed boat pemerintah daerah yang khusus digunakan untuk mengangkut pasien rujukan. “Itu yang dibutuhkan masyarakat. Perlu juga benahi rumah sakit,” tuturnya.
Informasi yang dihimpun Harian Luwuk Post, terdapat speed boat milik pemerintah daerah yang ditambatkan di Desa Tinakin, di antaranya speed boat Cardinal dan Tolobundu. Kemudian dinas kesehatan dan dinas perikanan juga memiliki speed boat. Namun, armada-armada itu hanya digunakan apabila terdapat kunjungan pejabat daerah ke Kecamatan Bokan Kepulauan, Bangkurung, dan Labobo.
Dua pasien yang diangkut menggunakan KM Ledy Viera itu segera memantik reaksi publik. “Saya sebagai orang Banggai Laut ikut prihatin atas kondisi ini. Ketika pemda dengan kewenangan otonominya tidak mampu menyiapkan sarana kesehatan yang memadai,” kata warga setempat, Supriyadi Laeba, kemarin.
Ia menyoroti UPT RSUD Banggai yang minim alat kesehatan dan tenaga medis. Turunnya status rumah sakit daerah menjadi UPT turut berpengaruh pada performa pelayanan. “Soal nyawa hilang di tengah lautan saat pasien dirujuk ke kabupaten tetangga, sepertinya bukan lagi hal memprihatinkan di daerah ini,” ujar dia.
Supriyadi tidak asal mengeritik. Pria ini mengalami betapa sulitnya ketika harus merujuk putranya sendiri ke RSUD Luwuk. Mestinya hal itu tidak terjadi manakala fasilitas kesehatan di UPT RSUD Banggai memadai. Tenaga kesehatan cukup untuk mengobati warga yang sakit.
Pasien terombang-ambing di tengah lautan memang bukan perkara baru. Sekitar Juni 2019, Kepala SMP Negeri 2 Bangkurung harus diangkut menggunakan armada jenis jonson dari Desa Sasabobok menuju Pelabuhan Banggai. Pasien dan pengantar diguyur hujan dan dihantam ombak.
Ketika tiba di UPT RSUD Banggai hanya mendapat perawatan selama satu minggu. Kemudian dirujuk lagi ke RSUD Luwuk dan akhirnya meninggal dunia. Dari Luwuk, Kabupaten Banggai, almarhum yang mengabdi puluhan tahun sebagai guru, harus diantar menggunakan ketinting menuju Kecamatan Bangkurung, Kabupaten Banggai Laut. (ali)