BANGGAI, LUWUK POST-Beberapa tahun terakhir, harga cengkih dan kelapa dalam olahan terus mengalami penurunan. Dua komoditas itu menjadi andalan masyarakat Kabupaten Banggai Laut.
Meski begitu, selama terjadi penurunan pemeringah Kabupaten Banggai Laut tak bisa mengintervensi. Hal ini diakui calon bupati petahana, Wenny Bukamo.
Wenny mengungkapkan, harga kopra ataupun cengkih bergantung dari harga pasar. Karena itu, pemerintah daerah tak bisa meminta pengepul untuk menaikan.
Ia menceritakan, di Kabupaten Toli-toli saat harga cengkih turun, petani mendatangi kepala daerah untuk meminta agar dinaikkan. “Bupati keluarkan perbup dengan harga Rp100 ribu,” katanya saat bertemu masyarakat Desa Paisumosoni, Kecamatan Banggai Utara, Minggu (18/10).
Setelah peraturan bupati itu keluar, hak ada lagi pengepul yang membeli cengkih, karena harga penjualan ke pabrik lebih rendah. “Masyarakat datang lagi, bupati bilang kan saya sudah keluarkan perbup,” tuturnya.
Akhirnya, masyarakat pulang dengan tangan hampa. Meski harga yang dipatok Rp100 ribu oleh kepala daerah, tetapi justru tak ada pembeli cengkih. Karena itu, harga kopra dan cengkih memang tak bisa diintervensi.
Saat ini, di tengah panen cengkih harga jual di pengepul mengalami penurun. Dari sekitar Rp70 ribu per kilogram tersisa Rp 52 ribu per kilogram. (ali)