Katanya Harus Berkorban demi Kemajuan
TERLETAK sekitar 19 kilometer dari ibu kota kabupaten, tak membuat pemerintah Kabupaten Banggai Laut kendur membangun jalan dua jalur di Desa Lokotoy, Kecamatan Banggai Utara. Apalagi, kemudian ditentang beberapa masyarakat lantaran bagian rumah terkena dampak pembangunan tanpa ganti rugi.
Tiga tahun setelah pembangunan Harian Luwuk Post mengecek perkembangan pembangunan infrastruktur darat itu. Hasilnya, jalur dua di Desa Lokotoy sangat lengang.
Jalur dua itu terbentang dari di ujung perkampungan. Jika diamati berbentuk huruf L. Median jalan dibangun dengan anggaran Rp 600 kini tampak terurus. Ada yang ditanami bunga, ada pula ditumbuhi rumput liar. Bukan pepohonan lazimnya jalur dua di daerah lain. Beberapa titik telah mengalami kerusakan.
“Pentras (terkikis) yang terkikis. Kalau di sini, ada yang setengah badan rumah. Riol dulu sudah mundur,” tutur sejumlah warga Desa Lokotoy, Jumat (10) siang.
Seorang warga paruh baya mengakui, tak ada manfaat secara ekonomi setelah jalan jalur dua dibangun pemerintah Kabupaten Banggai Laut. “Cuma yang dirasakan kerugian,” ucapnya.
Desa Lokotoy yang pernah dicanangkan sebagai desa wisata juga tak terlihat kemajuannya dari sector pariwisata. Pantai Oyama yang terkenal juga belum memberikan kontribusi bagi pendapatan masyarakat.
Hajarah yang dulu memiliki rumah setengah permanen justru kini tinggal di sebuah rumah separuh papan. Warga Desa Lokotoy ini juga tak menerima ganti rugi meski rumahnya rata dengan tanah. “Ini rumah kosong,” katanya saat ditemui di rumahnya.
Ia bersama suaminya bernama Ali mendapat bantuan perumahan. Namun, itu bukan ganti rugi. “Kepala dusun atau kepala desa, lalu masih penjabat sementara, tidak ada yang datang bagaimana ini rumah dibongkar total atau bagaimana,” tuturnya.
Harian Luwuk Post menjajal jalan jalur dua itu. Memang terdapat perbedaan. Pagar rumah warga kian mundur. “Katanya kalau mau maju harus berkorban,” ujar seorang warga setempat saat dihubungi, Kamis (9/10). (ali)