Produksi Migas Kalsul Signifikan Untuk Nasional
LUWUK, LUWUK POST—Di tengah pandemi Covid-19 tak bisa dipungkiri beberapa hambatan menjadi kendala bagi operasional tersendiri bagi industri yang tak boleh berhenti ini.
Dampak bagi hulu migas tak bisa dihindari diantaranya kendala transportasi material yang lebih lama, mobilisasi pekerja ke lokasi lebih sulit karena perijinan dan waktu karantina, keterbatasan personil yang hanya diperbolehkan berada di lokasi proyek dan produkstivitas tenaga kerja menurn.
Ditambah dengan harga minyak yang turun, membuat beberapa perusahaan migas harus mengevaluasi kembali program kerjanya.
Beberapa proyek yang sudah direncanakan tahun ini, akhirnya harus digeser ke tahun berikutnya, sambil menunggu pandemi berlalu dan harga minyak stabil Kembali.
Hal tersebut diungkapkan Senior Manager Humas SKK Migas Kalimantan dan Sulawesi (SKK Migas Kalsul) Sebastian Julius, bahwa pandemi Covid-19 memang mempengaruhi perusahaan migas.
Namun di sisi lain, kegiatan hulu migas tak boleh berhenti berproduksi.
Usaha maksimal tetap terus dilakukan, sehingga produksi minyak di wilayah kerja SKK MIgas- KKKS Wilayah Kalsul tetap berjalan. “Industri Hulu migas tidak bisa berhenti, kami terus berupaya untuk tetap menjag produksi ditenagh situasi yang penuh tantangan,”papar Sebastian.
Dengan kerja keras terang Sebastian, produksi minyak dan kondensat wilayah Kalsul dari Januari sampai dengan September 2020 berada pada posisi 83.574 Barrel oil per day.
Angka ini menjangkau 106 persen dari target APBN Revisi tahun 2020 sebesar 75.000 barel oil per day. Capaian ini menjadikan produksi minyak di wilayah kerja SKK Migas- KKKS Kalsul menyumbang 12 persen dari produksi secara nasional.
Perusahaan Migas yang menyumbang produksi minyak terbesar adalah Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sebesar 29.361 barrel oil per day.
Disusul terbanyak kedua Pertamina EP Asset lima sebesar 18.955 barrel oil per day dan Pertamina Hulu Sanga- Sanga sebesar 12.515 barrel oil per day.
Sedangkan realisasi produksi gas bumi di Kalsul paparnya, pada Januari hingga September 2020 adalah sebesar 1.699 MMSCFD. Pencapaian ini, kata Sebastian, telah melampaui target produksi akhir tahun atau sebesar 106,4 persen.
Secara nasional kontribusi Kalsul terhadap lifting gas 31 persen. Produksi terbesar masih dipegang oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) yaitu 558 MMSCFD, menyusul kemudian KKS ENI sebesar 454 MMSCFD dan terbesar ketiga adalah KKKS Job Tomori sebesar 316 MMSCFD.
“Kontribusi migas Kalsul masih signifikan untuk produksi nasional. Hingga September 2020 produksi melampaui target,”tegas Sebastian.
Masih menurut Sebastian, ada beberapa KKKS yang saat ini sedang melakukan eksplorasi seperti ENI di Lapangan Merakes. Jika ENI ini eksplorasinya berhasil dipastikan akan menambah produksi.
Begitu pula PT Kalisat Energi Nusantara (KEN) secara resmi melaksanakan tajak sumur eksplorasi pertama melalui Sumur NK-1X di Wilayah Kerja, berlokasi di Desa Mamahak Besar, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. (*/ris)