Resensi Buku
Judul : The Broker
Penulis : John Grisham
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2007
Halaman : 444
Oleh: Alisan
Di sudut pusat perbelanjaan, buku bersampul biru itu terselip di antara rak setinggi orang dewasa. Telah dirilis 3 tahun lalu, tetapi masih terdapat di Gramedia Kota Palu, Sulawesi Tengah. Beberapa kali teronggok di meja, saya tak menyentuhnya.
Sempat berpikir, barangkali saya salah beli buku. Biasanya, saya suka membeli buku yang berkaitan dengan jurnalisme, misalnya punya Dandhy Laksono atau Dahlan Iskan. Membuka pembungkus buku itu, setelah stok bacaan memang telah habis.
Sosok pertama yang dibaca adalah Joel Backman. Seorang pengacara publik di Amerika Serikat. Backman bukan sekadar pengacara, sosoknya adalah pelobi ulung yang memiliki akses langsung dengan Gedung Putih.
Namun, pencapaian itu hilang setelah Backman tersandung kasus satelit canggih dengan nilai miliaran dollar. Pengadilan yang biasa menjadi tempatnya membela para terdakwa, ia justru duduk di pesakitan dan divonis 20 tahun penjara.
Secara mengejutkan, Presiden Morgan yang beberapa jam lagi menghabiskan masa tugasnya, memberikan grasi kepada Backman yang telah meringkuk di penjara selama 6 tahun. Langkahnya keluar dari penjara diatur oleh sebuah lembaga keamanan di Negeri Paman Sam. Belakangan, dari Washington D.C ia dipindahkan ke Italia.
*
Pelarian ke Italia justru yang menarik dalam buku ini. di Kota Bologna, ia dikontrol dari jarak jauh oleh lembaga keamanan itu. Backman diberi nama baru, Marco Larezzi. Meski terkontrol, ia masih bisa menikmati keindahan Bologna.
Karena itu, membaca buku The Broker tidak hanya soal Gedung Putih, lobi-lobi, dan kasus hukum. Namun, mengajak saya menjelajahi Bologna dari jarak jauh. Sebab, Marco harus berpindah-pindah tempat tinggal agar tak mudah terlacak.
Ketika keluar dari tempat tinggalnya, Marco selalu singgah di restoran-restoran mewah di Bologna bersama guru bahasanya. Tempat makan menjadi media bagi Marco mengenali nama-nama makanan yang biasa dikonsumsi warga Italia.
Dari Marco, saya bisa mengetahui beberapa sajian kopi berikut jadwal minumnya. Orang Italia tak terbisa menikmati capuccino setelah pukul 10.30. Lewat jam itu, biasanya penghuni kedai-kedai kopi memesan espresso yang bisa diseruput tak mengenal waktu.
Dari kedai atau restoran, Marco ke stasiun kereta api untuk ke Negara lain. Dari yang awalnya hanya ingin berjalan-jalan, kemudian membuka peluang untuk bersurat kepada anaknya di Amerika Serikat. Mengabarkan kalau dia tengah berada di sebuah Negara lain. Tentunya secara diam-diam.
Perkara hukum tidak hanya menggiring Backman pada kesulitan, tetapi telah membawanya berjalan jauh.Dari kisah pelarian itu, John Grisham mengajak pembacanya menjelajahi beberapa Negara dalam satu buku. Saya juga bisa mengetahui d Negeri Paman Sam itu, lobi-lobi tetap ada, tetapi sangat elegan.
Dari dua buku yang ditulis John Grisham, saya melihat adanya kemiripan. Novel Pulau Camino juga bercerita tentang pencurian. Benda yang dicuri sangat unik. Novel Pulau Camino juga mengisahkan pelarian, yang membuat pembacanya ikut berjalan jauh.
Jika Anda menginginkan “berpetualang” di berbagai benua, Novel The Broker dan Pulau Camino layak dibaca di masa pandemi yang membatasi ruang gerak kita. (*)