Pilgub Sulteng, Debat Elegan Ditampilkan
PALU, LUWUK POST-Pasangan Calon Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng tahun 2020 menyajikan debat berkelas dan elegan pada putaran pertama debat kandidat.
Pasangan Nomor Urut 2 Rusdi Mastura-Ma’mun Amir menyebut Pasangan Nomor 1 Hidayat Lamakarate-Bartholomoes Tandugala sebagai adinda.
Sebutan itu cukup akrab bagi mereka saat bertemu sebelum pilkada dan setelah pencalonan.
Panggilan adinda itu tidak lantas mengecilkan pasangan Hidayat/ Bartho. Sebaliknya Hidayat menyebut pasangan Cudi/ Ma’mun sebagai orang tua kita. Keduanya baik adinda dan orang tua menyajikan figur lintas generasi yang memiliki kualitas, kapasitas keilmuan memajukan Sulteng lima tahun kedepan.
Debat yang elegan itu membuat pendengar dan pemirsa serta masyarakat yang menonton debat, merasakan kesejukan yang jauh berbeda dengan hate speech di medsos.
Pemerhati kebijakan publik Sulteng Indar Ismail Jamaluddin S Sos MAP menillai jalannya debat berlangsung cair. Tidak hanya karena moderator yang memandu acara, tetapi lebih kepada figur pasangan calon.
“Baik pasangan calon nomor satu dan dua, menyadari bahwa adab adalah segalanya. Ilmu tanpa adab akan menimbulkan kerusakan. Jelas sekali tergambar selama debat bahwa kedua pasangan calon memiliki karakter ketokohan sebagai pemimpin. Selanjutnya masyarakat yang menilai apa yang disajikan selama debat pertama,” kata Indar, Ahad (1/10).
Dalam debat pertama, terdapat beberapa segmen yang menjadi rumusan pakar. Segmen tersebut meliputi sektor pertanian serta ekonomi dan sosial masyarakat.
Persoalan pertanian meliputi hasil pertanian yang belum optimal untuk masyarakat dan industri. Sementara sektor ekonomi dan sosial kemasyarakatan meliputi penyerapan dana desa yang begitu lambat menggerakkan roda perekonomian masyarakat desa. 65 persen desa dari 1782 desa di Sulteng masih tertinggal, sementara pemerintah telah mengucurkan total anggaran Rp7 triliun lebih sejak dana desa dikucurkan.
Persoalan ekonomi sosial lain yaitu perekonomian di Sulteng terdampak akibat bencana alam 28 September 2018 dan bencana non alam Covid-19.
Kedua pasangan calon, mampu menjawab sesuai dengan pengalaman masing-masing.
Soal pertanian, Cudi lebih menekankan ke persoalan industrialisasi pertanian belum maksimal, kelangkaan pupuk, dan pengairan. Sementara Hidayat menekankan kepada kestabilan harga dan alat pertanian.
Mengenai ekonomi di tingkat desa, Hidayat menekankan kepada aparatur desa yang harus memahami penggunaan dana desa, lebih orientasi ke PAD dan menumbuhkan jiwa wirausaha di desa. Sementara Cudi lebih menekankan kepada dana afirmasi atau pendamping ke desa dan pengoptimalan padat karya. (bas)