Metro

Torang Jaga Laut

LUWUK, LUWUK POST—Kegiatan kolaborasi dengan tema “Girls fight marine debris” telah dilakukan di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Acara ini digagas oleh Girls Can Lead dan didukung oleh Eco Nusa.

Acara yang memiliki dua tujuan yakni edukasi tentang pentingnya menjaga laut dan aksi nyata bersih pantai dilakukan di Kelurahan Tanjung Tuwis kilometer 8. Kegiatan yang sama telah di laksanakan terlebih dahulu di Poso pada tanggal 14-15 November 2020 di salah satu kampung nelayan Kalamalea.

Untuk di Luwuk sendiri penanggung jawab acara Girls fight marine debris ini adalah komunitas Penyala Banggai yang kemudian berkolaborasi dengan Karang Taruna Tanjung Tuwis, serta belasan lintas komunitas lainnya mulai dari Generasi Emas, Banggai Generation on Tobacco Control (BGTC), Progres, GenRe Banggai, luwuk freedive dan lainnya.

Kegiatan ini dimulai dengan Dialog “Perempuan Bercerita” pada 21 november mala dengan pembicara Lady kartiono sebagai akademisi dan pemerhati lingkungan, Anim dari Progres Luwuk, Vica dari Girls can lead, dan ibu Cendra sebagai ibu nelayan dari Tanjung Tuwis.

Dalam dialog yang dilakukan di halaman SD Inpres Km8 itu, persoalan tentang laut, sampah dan pandangan soal perempuan nelayan di bicarakan secara terbuka, misalnya pembicaraan soal ibu Cendra yang mengatakan bahwa hasil laut suaminya tidak bisaditebak jumlahnya, dan kadang membuat suaminya bisa melaut sampai ke pulau sebelah.

Lalu presepsi mengenai perempuan oleh Vica yang mengatakan bahwa perempuan harus bisa bangkit dari kekangan yang ada selama ini, apalagi para istri nalayan.

Mereka harus bisa mandiri dan berkarya sebagai perempuan nalayan bukan hanya sebagai istri nelayan saja yang tugasnya mengurus urusan dapur semata.

Selain dialog perempuan bercerita, malam itu ada juga penampilan Puisi dari Hamiank Niank, Abdy Gunawan, Ama Achmad, dan seni teater oleh Sanggar Teater Athena. Semua penampilan seni ini berbicara soal laut dan perempuan.

Minggu pagi 22 November 2020, aksi nyata berupa pembersihan pantai dilakukan bersama perwakilan tiap komunitas kolaborasi, Basarnas, TNI-AL, pemerintah daerah, dan pemerintah kecamatan. Pemungutan sampah yang dilakukan di pinggir pantai dan kedalam laut berhasil mengumpulkan 621,27 Kg sampah yang didominasi oleh sampah plastik dan rumah tangga.

Hal ini tentu saja bukan hal yang patut di banggakan karena jumlah sampah ini lumayan banyak untuk ukuran Kelurahan. Namun, dengan aksi bersih pantai inipun kami bisa bertukar cerita bahwa bisa saja sampah yang kami bersihkan ini merupakan sampah kiriman dari tempat lainnya.

Pembersihan pantai ini ditutup dengan pembacaan deklarasi dengan 13 poin penting untuk sebisa mungkin mengurangi penggunaan plastik, tidak membuang sampah sembaranngan, dan siap melindungi setiap apa yang berada di lautan dan daratan.

Kolaborasi ini sangat memberikan prespektif berbeda, karena diadakan oleh komunitas yang bukan hanya bergerak dalam bidang lingkungan, tapi lintas komunitas. Kami Penyala Banggai percaya bahwa isu lingkungan bukan lagi hanya urusan komunitas lingkungan saja, tapi tanggung jawab bersama dan memang harus dilakukan bersama-sama agar dampaknya menjadi luas.(*/rdks)