Habiskan Rp 419 Juta, Belum Beres
BANGGAI, LUWUK POST-Dilihat sekilas, tak ada yang mengira jika tanah lapang itu akan dijadikan tempat bermain sepak bola. Dipunggungi sekolah dasar, akses jalan masuk masih jalan setapak.
Ketika dilihat lebih dekat, terdapat tiang gawang, pagar besi di sisi kiri dan drainase di sisi kanan. Namun, tak ada tanah lapang, lebih banyak semak belukar yang menutupi tanah tanpa rumput empuk sebagaimana lapangan sepak bola pada umumnya.
Lapangan sepak bola ini dibangun pemerintah Desa Popisi, Kecamatan Banggai Utara. Sebuah desa yang mayoritas berpenduduk nelayan dan bermukim di atas laut. Lapangan sepak bola itu terletak di kaki bukit di mana cengkih tumbuh subur.
Dokumen yang diterima Harian Luwuk Post, tahun anggaran 2018 pemerintah Desa Popisi mengalokasikan Rp 213.037.000 untuk pembangunan lapangan sepak bola, tahun 2019 naik lagi menjadi Rp 206.507.500. Sehingga total lapangan sepak bola itu, telah menelan anggaran Rp 419.544.500.
Pada tahun anggaran 2020, pemerintah desa setempat belum mengalokasikan dana untuk kelanjutan pembangunan lapangan sepak bola. Adapun tahun 2021 menurut Kepala Desa Popisi Rahmat Rukman, terdapat beberapa hal mendesak. Salah satunya perbaikan jembatan titian di permukiman masyarakat. “Belum lagi prioritas penggunaan anggaran dana desa tahun 2021 dari kementerian. Sementara ada juga usulan masyarakat untuk penguatan ekonomi,” papar dia.
Ia mengakui serba sulit karena masalah lahan. Pagar tembok yang telah dibangun itu telah berbatasan langsung dengan pihak lain. “Sementara ketinggian tembok itu harus 4 meter. Minimal ada kesepkatan,” ujar dia.
Selain itu, untuk membangun tangga atau jalan menuju lapangan sepak bola telah melewati lahan milik sekolah dasar. Solusinya tukar guling lahan atau hibah. “Tidak mungkin kita mau bebaskan,” ujarnya. “Tetap saya upayakan. Padahal itu kegiatan yang buat anak-anak muda bersatu,” imbuhnya.
Pagar tembok yang telah dibangun itu kini telah berlubang dan terdapat rongga kosong. Rahmat mengakui hal itu disebabkan air yang mengalir deras dari perkebunan cengkih.
Jika tak ada tembok, kta dia, air akan merembes ke gedung sekolah. “Masyarakat belum terlalu ambil daun (cengkih) kering, belum terlalu deras. Sekarang ini audah disapu daun-daun cengkih,” katanya.
Pantauan Harian Luwuk Post memang terdapat bekas jalur aliran air di antara pagar sekolah dasar dan kantor Desa Popisi. Pagar tembok itu juga telah dililit semak belukar. (ali)