Kendala Distribusi dan Pendataan Diatasi
LUWUK, LUWUK POST—Program vaksinasi terus disosialisasikan kepada publik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai. Wakil Bupati Banggai Mustar Labolo turut bergerak mengoordinasikan seluruh unsur agar vaksinasi berjalan tanpa hambatan.
Organisasi perangkat daerah yang dipimpin Dr. dr. Anang Otoluwa itu, menyosialisasikan terkait vaksin di fasilitas kesehatan mulai dari puskesmas, rumah sakit pemerintah dan swasta, sampai di klinik. Sosialisasi dilanjutkan dengan forkopimda. Vaksinasi di Kabupaten Banggai, dijadwalkan pada tahap satu termin II. Waktunya sekitar pekan kedua Februari 2021, sehingga diseminasi dimulai saat ini.
“Jadi vaksin dijemput beberapa hari, sebelum didistribusikan ke kecamatan. Sebab nantinya vaksinasi akan dilaksanakan oleh vaksinator di 26 puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya termasuk klinik,” papar Juru Bicara Penanganan Covid-19, Nurmasita Datu Adam.
Ia mengatakan, ada sekitar 32 fasilitas kesehatan yang sudah diberi pelatihan terhadap P-care, yang bertanggung jawab dalam aplikasi vaksinasi. “Sebab pendaftaran vaksinasi dilakukan melalui aplikasi,” paparnya, Rabu (20/1).
Vaksin nantinya akan disimpan di cold chain di setiap puskesmas, dengan suhu antara 2-8 derajat celcius.“Ini sebenarnya fasilitas penyimpanan vaksin apa pun, yang nantinya juga akan digunakan untuk menyimpan vaksin Covid-19, sebelum disuntikkan kepada masyarakat,” katanya.
Ia mengatakan, vaksin yang tiba di Luwuk akan disimpan di gudang farmasi sebelum didistribusikan kepada puskesmas-puskesmas di wilayah Kabupaten Banggai. “Puskesmas sudah menyiapkan jadwal vaksinasi,” katanya.
Nantinya 2.354 orang sasaran vaksinasi, akan mendapat dua kali vaksinasi yang dibagi dalam dua tahap. Setiap orang yang divaksin, akan mendapatkan vaksinasi tahap I dan vaksinasi tahap II yang dilaksanakan dua minggu setelahnya.
“Prioritas tenaga kesehatan. Selanjutnya masyarakat yang belum terkonfirmasi. Yang tidak divaksin, antaranya sudah pernah terkonfirmasi positif Covid-19 dari laboratorium resmi, punya penyakit komorbid, ibu hamil, dan ibu menyusui,” paparnya.
Secara terpisah, Wakil Bupati Banggai Mustar Labolo, memimpin rapat koordinasi sosialisasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Banggai.
Rakor turut dihadiri Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda), bertempat di ruang rapat umum kantor Bupati Banggai, Kamis (21/1).
Mustar menuturkan, rakor bertujuan untuk mensinergikan program mulai dari struktur paling atas pemerintahan sampai ke masyarakat. Paling utama adalah melakukan sosialisasi pada masyarakat, pentingnya untuk melakukan vaksinasi sesuai dengan tingkatan umur yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan.
“Namun kita tetap untuk patuh pada protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak dan selalu mencuci tangan,” tuturnya.
Rakor juga dihadiri Sekretaris Daerah, Asisten Administrasi Pembangunan dan Ekonomi, Sekretaris Daerah, pimpinan perangkat daerah, Pimpinan Instansi Vertikal, serta perwakilan organisasi keagamaan.
Selain itu juga kegiatan ini diikuti pula oleh para camat, Forkopimcam, para kepala Puskesmas dan sejumlah tokoh masyarakat se-Kabupaten Banggai secara virtual melalui Aplikasi Zoom.
Dalam pemaparannya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Dr. dr. Anang Otoluwa menyampaikan, pelaksanaan vaksinasi Covid- 19 di daerah ini dilaksanakan pada termin kedua tahap pertama, yakni Februari 2021. Rakor ini dalam rangka pendataan serta pelaksanaan pendistribusian logistik.
Reaksi Pascavaksinasi
Sementara itu, dilansir dari covid19.go.id, pemerintah telah berkomitmen memberikan vaksin COVID-19 secara gratis demi memulihkan kesehatan nasional akibat hantaman pandemi COVID-19. Namun, niat baik pemerintah ini masih saja menuai beberapa penolakan pada program vaksinasi COVID-19 ini. Ada masyarakat yang masih meragukan dan menunjukkan ketakutan, khususnya terkait kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12/2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, dijelaskan bahwa KIPI adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, menjadi perhatian, dan diduga berhubungan dengan imunisasi.
Adapun KIPI ada yang serius dan non serius. Yang serius adalah setiap kejadian medis setelah imunisasi yang menyebabkan rawat inap, kecacatan, hingga kematian serta menimbulkan keresahan di masyarakat. Sementara yang non serius tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan si penerima vaksin.
dr. Muhammad Fajri Adda’I selaku dokter dan tim penanganan COVID-19 yang telah menerima vaksinasi COVID-19 dosis pertama mengatakan dirinya tidak merasakan reaksi yang aneh. “Biasa saja,” ujarnya dalam Dialog Produktif yang mengangkat tema KIPI: Kenali dan Atasi, diselenggarakan oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (20/1).
Terkait keraguan, menurut dr. Fajri memang masih ada yang meragukan dan mempertanyakan terkait vaksin dan KIPI.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, dr. Inda Mutiara selaku Kepala Puskesmas Kramatjati mengungkapkan bahwa sejauh pengamatannya, lingkungan sekitarnya antusias dan tidak ada penolakan baik dari rekan tenaga Kesehatan (nakes) maupun masyarakat sekitar.
Tidak adanya reaksi lanjutan pada dr. fajri setelah divaksin COVID-19 juga dirasakan oleh dr. Inda. “Saya tidak merasakan reaksi yang tidak wajar. Tidak sakit saat disuntik dan sampai sekarang juga normal-normal saja,” jelasnya. “Sebelumnya saya pikir akan terasa nyeri namun ternyata tidak terasa apa-apa,” tutur dr. Fajri, sebagaimana dilansir covid19.go.id.
Reaksi setelah vaksinasi menurut dr. Fajri bisa berbeda-beda pada tiap orang. “Teman nakes lain ada yang mengalami demam, nyeri, lemas, ada yang jadi merasa lapar terus, hingga ngantuk. Reaksi ini wajar dan masuk dalam kategori ringan.
Kalaupun ada demam itu wajar sebagai suatu reaksi dalam pembentukan imunitas dalam tubuh,” katanya.
Kepada masyarakat luas, dr. Fajri berpesan agar tidak usah mendengarkan hoaks. “Saya melihat sendiri laporan terkait vaksin ini untuk mendapatkan kajian ilmiahnya. Dari laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) maupun yang dari Brazil menunjukkan bahwa relatif aman dengan KIPI di bawah 1 persen, rendah sekali. Kemudian dari pengalaman teman lain yang sudah disuntik juga aman,” paparnya.
Reaksi alergi relatif kecil, di bawah satu persen, kecil sekali bila dibandingkan dengan yang tidak terkena KIPI. “Jangan kita terlalu pusing dengan kemungkinan yang kecil ini. Petugas medis juga sudah paham bagaimana mengatasi KIPI ini. Dalam proses vaksinasi, saya juga tadi dijelaskan terkait KIPI dan bagaimana meresponnya jika ada reaksi,” jelas dr. Fajri.
Sebelum menerima suntikan vaksin COVID-19, dr. Fajri secara khusus mengosongkan jadwal. “Saya juga tidur cukup supaya reaksi imun yang terbentuk akan lebih bagus dan optimal. Kemudian untuk beberapa hari ke depan jangan terlalu capek, makan gizi seimbang, jangan begadang, jangan stres,” katanya.
Vaksin telah hadir untuk membantu upaya mengatasi pandemi COVID-19. Satu hal yang juga perlu dipahami vaksinasi ini butuh proses untuk mencapai proteksi maksimal. Semua lapisan masyarakat tetap harus disiplin protokol kesehatan 3M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak. Vaksin dan disiplin protokol kesehatan merupakan kombinasi tepat untuk melindungi diri dan melindungi negeri.(ris/bdi/PEN/ESG/YOY)