Banggai Brother’s

Harga Naik, Produksi Ikan Kerapu Sunu Rendah

SALAKAN, LUWUK POST—Harga ikan sunu kembali mengalami kenaikan, sejak Desember 2020 hingga sekarang. Meski begitu, jumlah nelayan tangkap jenis ikan kerapu tersebut di Desa Bongganan Kabupaten Banggai Kepulauan, justru berkurang.

Ahmad Sombali, pengusaha ikan desa setempat, menyebutkan, kenaikan harga ikan kerapu sunu hidup mencapai Rp 350.000, khusus ukuran 0,5 sampai 0,9 ons. Sedang yang sudah mati dibanderol dengan harga Rp. 320.000 per kilogram.

“Itu pun kalau tidak cacat. Untuk ikan hidup misalnya, sedikit saja ada luka di bagian tubuhnya, atau pun kondisi insang dan mata yang tidak normal, maka harganya akan jatuh. Begitu juga dengan yang mati, tidak bisa ada sedikit lukanya,” jelas Mat di rumahnya, Minggu (3/1/2020).

Dia mengatakan, kenaikan harga dimulai sejak awal Desember 2020 sampai sekarang. Karena permintaan pasar internasional menjelang natal dan tahun baru. Meski begitu, produktivitas nelayan sangat rendah. Seperti yang biasanya terjadi sebelumnya.

Sebelum Desember, tambah dia, harga ikan tersebut sangat rendah. Bahkan, kata dia, ikan kerapu sunu sampai tidak masuk komoditas ekspor. Sehingga pabrik menghentikan pembelian.

“Bahkan sampai tidak ada pabrik yang mau beli. Seperti yang terjadi beberapa bulan lalu, akibat korona. Karena itu, banyak nelayan tangkap ikan sunu yang berhenti,” ucap Mat.

Olehnya itu, sebagian besar nelayan tangkap di Desa Bongganan, lanjut dia, saat ini lebih memilih menangkap jenis ikan lain, yang menurut mereka lebih laris di pasaran lokal daripada ikan ekspor seperti jenis ikan kerapu.

Menurut dia, faktor utama rendahnya angka produksi ikan kerapu sunu di Bangkep adalah, populasi yang mulai menurun. Berbeda dengan sebelumnya, sambung dia, nelayan bisa mendapatkan empat sampai lima ekor dalam sehari.

“Bahkan bisa lebih dari itu. Tapi sekarang, satu ekor pun belum tentu dapat, walaupun sudah melaut seharian. Nelayan pun tidak mau ambil risiko menghabiskan bensinnya cuma untuk menangkap ikan kerapu,” ujarnya.

Faktor itulah yang saat ini membuat produksi ikan kerapu sunu berkurang, walaupun harganya saat ini sedang naik.

Sebagai pengusaha ikan hidup, dia berharap ke depannya, pemerintah lebih fokus dalam budidaya. Bantuan fasilitas budidaya pun harus diberikan tepat sasaran. Dalam arti, diberikan ke pihak yang lebih paham pembudidayaan.

Dia juga berharap, agar pemerintah memastikan bantuan fasilitas budidaya yang sudah didistribusi, benar-benar dimanfaatkan secara maksimal oleh penerima.

“Iya banyak fasilitas budidaya seperti keramba, yang saat ini tidak dimanfaatkan secara maksimal. Tapi pemerintah pun enggan mengalihkan bantuan itu ke pihak lain yang lebih paham dengan metode budidaya,” tandasnya. (tr-01)