BANGGAI, LUWUK POST-Imbas ekonomi pandemi Covid-19 mengharuskan pemerintah desa memutar uang untuk bantuan langsung tunai. Hampir sepanjang tahun 2020, jaring pengaman sosial itu digelontorkan dan terus berlanjut sampai 2021.
Jika Desa Matanga, Kecamatan Banggai Selatan menghabiskan hampir Rp 1 miliar untuk BLT, berbeda halnya dengan Desa Lokotoy, Kecamatan Banggai Utara. “Kita turunkan 75 KK karena masuk PKTD (Padat Karya Tunai Desa,” kata Sekretaris Desa Lokotoy, Suhurin M. Syair, Selasa (26/1).
Penerima BLT tahun 2021 sebanyak 75 kepala keluarga itu, kata dia, masyarakat kategori lanjut usia dan tak mampu lagi bekerja. “Tahun 2020 152 KK, kemarin saja sudah Rp 400 lebih juta,” katanya.
Selain BLT, dalam regulasi desa memang diminta juga merealisasikan proyek padat karya. Tujuannya agar masyarakat mendapatkan uang dari program itu. “PKTD itu jadi supaya ada timbal balik, mereka dapat uang, tapi ada juga yang dikerjakan untuk desa,” jelas dia.
Padat karya tunai desa rencananya akan difokuskan pada pembangunan jaringan air bersih. Pekerja yang berasal dari masyarakat desa akan mendapat upah. “Jadi mereka bekerja, menggali pipa,” terangnya.
Tahun 2021 Desa Lokotoy mendapat dana desa sebesar Rp 1.253.473.000, sedangkan tahun 2020 hanya Rp 911.329.000. “Kita dana desa ada kenaikan sekitar Rp 300 juta, ADD (alokasi dana desa) yang turun,” papar dia.
Sekadar diketahui, dana desa sebenarnya digunakan untuk membangun infrastruktur dan sejumlah program pemberdayaan, tetapi akibat wabah yang berdampak ekonomi, dialihkan untuk BLT dan program padat karya tunai. Adapun alokasi dana desa untuk membiayai operasional pemerintah desa, termasuk honorarium dan gaji aparatur desa. (ali)