BANGGAI, LUWUK POST-Rencana pembangunan jalan menuju destinasi wisata Pantai Oyama di Desa Lokotoy, Kecamatan Banggai Utara, perlahan memicu kegaduhan. Mangrove dikhawatirkan terkena dampak pembangunan.
Informasi yang berkembang, belakangan Dinas PUPR Kabupaten Banggai Laut yang ditugasi membangun jalan itu urung meneruskan. “Saya dengar dibatalkan,” kata sumber koran ini yang juga pegiat lingkungan.
Sekretaris Desa Lokotoy Suhurin M. Syair membantah apabila pembangunan jalan ke Pantai Oyama akan mengorbankan mangrove. Ia membenarkan apabila lahan perkebunan masyarakat terdampak. “Kalau hutan mangrove tidak kena, jauh,” tuturnya, Selasa (26/1).
Dari Desa Lokotoy, ruas jalan ini rencananya akan memutar hingga ke pesisir pantai. Karena itu, Suhurin yang ikut dalam peninjauan bersama Dinas PUPR memastikan tak ada bakau yang harus ditumbang. “Kita kalau mangrove menjaga betul,” katanya.
Apalagi, kata Suhurin, upaya pelestarian mangrove telah dimulai sejak lama. Hingga saat ini total luas mangrove di Desa Lokotoy sekitar 350 hektare. “Tahun 2007 kita sudah mulai menanam. Pembangunan jalan yang kena mangrove sudah tidak mungkin,” ujarnya.
Pantauan koran ini di lapangan, di sudut Desa Lokotoy Dinas Lingkungan Hidup Banggai Laut memasang plang larangan penebangan mangrove yang mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Mangrove. Namun, hanya sepelemparan batu dari papan ini sebuah bangunan berdiri di atas tanah timbunan.
Pemerintah Desa Lokotoy maupun masyarakat agak sulit “menyerahkan” mangrove begitu saja. Sebab, gara-gara bakau, desa ini berkonflik dengan tetangga, yakni oknum masyarakat Desa Popisi. “Itu kan pipa air hampir dipotong,” katanya.
Konflik itu bermula dari masyarakat Desa Lokotoy yang menemukan oknum masyarakat Desa Popisi menebang bakau. Sebagai solusi, akhirnya dibuat perjanjian. “Kita berikan air, mereka berhenti tebang mangrove dan dipasang meteran,” katanya.
Soal konflik ini, Anggota DPRD Banggai Laut Rahman Pattiwael memastikan masyarakat Desa Popisi tak lagi mengambil mangrove. “Sekarang audah tidak,” katanya di Desa Bone Baru, Kecamatan Banggai Utara, pekan lalu.
Meski telah ditinjau Dinas PUPR Banggai Laut, kabar akan dibatalkannya proyek itu terlihat di lapangan. Hingga kemarin tak ada aktivitas apapun, meskipun perencanaan awal jalan akan dibangun tahun anggaran 2021
Sekretaris Desa Lokotoy mengatakan, realisasi proyek itu bergantung pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas PUPR. “Untuk kelanjutannya kita tidak tahu, karena pembahasan lewat DPR,” ujar dia.
Peran pemerintah desa cukup memfasilitas dan turut dalam peninjauan proyek jalan sepanjang 8 kilometer itu. “Sudah habis diukur, perencanaannya,” terangnya.
Selama ini, untuk ke Pantai Oyama wisatawan menyewa jasa perahu motor cepat atau ketinting yang disediakan warga Desa Lokotoy dan Desa Popisi. Pintu masuk lainnya menyeberang dari Kabupaten Banggai Kepulauan. (ali)