Headlines

Covid-19 Nyaris Menyentuh Angka 1.000

LUWUK, LUWUK POST-Ketika vaksinasi mulai digencarkan, angka kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Banggai belum langsung menunjukkan penurunan. Protokol kesehatan harus terus diterapkan ketika beraktivitas.

Mengacu pada laporan gugus tugas Covid-19 Kabupaten Banggai, per tanggal 4 Februari 2021, kasus terkonfirmasi positif mencapai 985 orang.

Tercatat 44 kasus baru, rinciannya 2 orang dirawat di Rumah Sakit, 42 lainnya sedang isolasi mandiri. Selanjutnya, masih ada 144 kasus lama, 5 orang di antaranya dirawat di Rumah Sakit, dan 139 orang menjalani isolasi mandiri.  Total pasien sembuh sebanyak 763 orang, sementara pasien meninggal bertambah 1 orang. Total pasien meninggal, menjadi  34 orang.

Juru Bicara Penanganan Covid-19 Kabupaten Banggai, Nurmasita Datu Adam, mengatakan, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang meninggal itu seorang perempuan.

Almarhumah meninggal di Rumah Sakit Umum Luwuk, jenazahnya dimakamkan dengan protokol pemulasaran jasad pasien Covid-19.

“Sebanyak 44 kasus baru dilaporkan hari ini. 1 pasien meninggal berasal dari Kecamatan Luwuk Utara. Dan sampai saat ini kami masih menunggu 39 sampel swab dari laboratorium provinsi Sulawesi Tengah,” tuturnya.

Nurmasita mengatakan, berbeda dengan hari–hari sebelumnya, hasil swab saat ini cenderung tidak menunggu lama. “Paling lambat seminggu setelah swab sudah dilaporkan hasilnya. Mungkin karena sampel yang diperiksa makin berkurang,” paparnya.

Sasaran Vaksinasi 

Pemerintah Kabupaten Banggai mengejar kekebalan komunitas agar mata rantai pandemi dapat terputus.

Sebanyak 246 ribu warga di daerah ini menjadi sasaran vaksinasi dan ditargetkan tuntas setahun ke depan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, Dr. Anang S Otoluwa, MPPM, memastikan pernyataan itu, warga Kabupaten Banggai yang menjadi sasaran vaksinasi sebanyak 246 ribu jiwa.

Jumlah itu di luar kelompok masyarakat yang tidak atau belum menerima vaksinasi, karena beberapa alasan. Kelompok yang tidak menerima vaksinasi ini, antara lain penyintas Covid-19, ibu hamil, ibu menyusui, kelompok remaja di bawah 18 tahun dan lansia di atas 60 tahun.

“Di luar kelompok masyarakat itu, sasaran vaksinasi sebanyak 246 ribu orang,” katanya.

Beberapa kelompok masyarakat  dengan kondisi tertentu itu (termasuk warga dengan tekanan darah tinggi), tidak masuk dalam daftar sasaran vaksinasi ini. Pasalnya, vaksin Sinovac yang kini digunakan, belum diuji klinis kepada kelompok-kelompok masyarakat tersebut.

Vaksinasi yang sudah dicanangkan pada Rabu (3/2) oleh pemerintah daerah dan Forkopimda, akan dilaksanakan secara bertahap.

Dr. Anang S Otoluwa, mengatakan, vaksin untuk penyakit Covid-19 merupakan vaksin istimewa. Menurutnya, penemuan vaksin penyakit lain biasanya membutuhkan waktu lama, sekira 10 tahun, bahkan ada yang sampai 100 tahun. Kondisi berbeda dengan vaksin penyakit Covid-19, yang ditemukan dalam waktu relatif cepat.  “Hal ini tidak lepas dari kemampuan teknologi, dan kerja para ilmuwan di hampir semua negara, sehingganya vaksin ini cepat ditemukan,” ujarnya.

Vaksin juga cepat ditemukan, karena seluruh sumber daya dikerahkan untuk itu, menyusul penyebaran dan penularan Covid-19 yang sangat masif.  “Itulah mengapa vaksinasi diupayakan (terlaksana) lebih cepat dari penyebaran penyakit,” paparnya.

Ia menjelaskan, Presiden telah mempercepat proses vaksinasi untuk seluruh masyarakat. Dari target awal 15 bulan, dipersingkat menjadi 12 bulan.

Harapannya, kata Anang, agar lebih cepat dari penyebaran virus. Termasuk target vaksinasi 70 persen dari populasi, dengan harapan segera terbentuk kekebalan komunitas..“Maksudnya ketika semua masyarakat mengalami kekebalan, maka virus tak akan lagi berpindah dari satu orang ke orang lain,” paparnya.

Itulah mengapa, vaksinasi Sinovac ini dilaksanakan secara serentak, dalam tempo cepat, agar lebih efektif.

“Jangan sampai di sini sudah divaksin, di tempat lain belum. Meminjam istilah pilkada, harus TSM,” paparnya.

Ia memaparkan, bahwa warga umur 18 tahun belum divaksinasi, karena vaksin Sinovac belum diujikan kepada warga di bawah usia tersebut.

“Bukan berarti mereka tidak akan divaksin, hanya karena Sinovac belum diujikan kepada kelompok umur di bawah 18 tahun. Begitu juga dengan lansia di atas 60 tahun yang belum akan divaksinasi, karena vaksin ini belum diuji  di kelompok umur lansia itu,” paparnya.

Ke depannya Indonesia akan menjalin kerja sama dengan produsen vaksin lain seperti Pfizer dan AstaraZeneca, yang telah diuji klinis pada kelompok-kelompok yang belum disasar oleh Sinovac.

“Selain itu, ibu hamil dan menyusui, dan warga yang memiliki penyakit tertentu belum masuk sasaran, karena belum diuji coba. Hanya untuk kelompok yang sehat saja,” paparnya.

Karena itu, kata dia, vaksin Sinovac mengantongi izin edar dan penggunaan dalam kondisi darurat.

Ia mengatakan, warga Kabupaten Banggai yang menjadi sasaran vaksin—di luar kelompok yang belum diujiklinis itu—berkisar 246 ribu.

Ia juga menamakan, kelompok warga yang mengalami darah tinggi tidak divaksin, atau ditunda divaksin, karena vaksin tersebut belum diuji klinis pada manusia dengan tekanan darah tinggi.

Terkait efektivitas vaksin yang hanya 65 persen, Anang menjelaskan, bahwa standar WHO hanya 50 persen. “Sinovac 65 persen, jauh di atas standar WHO,” paparnya.

Anang menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan 65 persen itu, jika ada 100 orang yang divaksin maka 65 persen akan timbul kekebalan, tidak tertular lagi; sedang 35 persen lainnya bisa tertular tapi gejala dan dampaknya tidak seberat ketika belum divaksin.

Kepala RSUD Luwuk, Yusran Kasim, menambahkan, vaksin itu disuntikkan dua kali, sehingga efektivitasnya mencapai 90 -100 persen. “Bisa 90 persen antibodi terbentuk, sehingga disuntikkan dua kali, dalam jeda 14 hari, yang kedua itu menguatkan yang pertama,” paparnya.

Anang juga menuturkan, alasan di balik tidak divaksinnya 234 tenaga kesehatan, yang di antaranya pernah terkonfirmasi covid-19. Bukan karena mereka sudah punya kekebalan terhadap Covid-19, tetapi karena memang vaksin ini belum diuji coba pada mereka yang sudah pernah terpapar atau penyintas Covid-19.

“Jadi karena belum diuji coba kepada penyintas. Para penyintas, dianggap atau diasumsikan sudah kebal terhadap virus, meskipun belum ada penelitian yang menguatkan asumsi atau anggapan seperti itu,” paparnya.

Nurmasita Datu Adam turut mengonfirmasi bahwa hari pertama vaksinasi telah menyasar 8,35 persen tenaga kesehatan dari 2.358 orang nakes target vaksinasi.

Ia menjelaskan, vaksinasi tahap pertama sejatinya akan dilaksanakan pada 2.358 orang nakes. Jumlah ini termasuk 234 orang nakes yang pernah terkonfirmasi positif, ibu hamil, ibu menyusui, maupun memiliki penyakit komorbid.  “Sesuai data 1 Februari lalu, ada 234 nakes tak divaksin karena pernah terkonfirmasi positif,” paparnya.

Ia mengatakan, skrining akan tetap dilakukan pada nakes yang akan divaksin beberapa hari ke depan.

“Akan terus diskrining, yang sudah terkonfirmasi positif, ibu hamil, menyusui, punya penyakit komorbid, maupun memiliki tekanan darah tinggi tidak akan divaksin,” paparnya.

Tak Ada Laporan

Hari pertama pelaksanaan vaksinasi di Kabupaten Banggai terbilang berjalan lancar. Sehari pascavaksinasi, tidak ada laporan kejadian ikutan pascaimunisasi.

“Alhamdulillah berjalan lancar, sampai hari ini semua yang divaksin aman–aman saja,” kata Nurmasita, Kamis (4/2).

Mengacu pada testimoni 10 orang tokoh kunci yang telah divaksinasi Rabu (3/2); diketahui setelah diobservasi 30 menit pertama pascavaksin disuntikkan, tidak ada satu pun yang mengalami gejala, maupun kejadian yang mengkhawatirkan.

Observasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) kepada para tokoh kunci yang divaksin pertama, baik Bupati maupun Forkopimpda tampak sehat dan bugar. “Hari pertama vaksinasi sebanyak 197 orang sudah divaksin, baik 10 tokoh kunci, dan tenaga kesehatan yang di rumah sakit maupun puskesmas. Alhamdulilah semua sehat walafiat,” paparnya, kemarin. (ris)