Headlines

Monumen Trikora Peninggalan yang Tak Terurus

SALAKAN, LUWUK POST-Berusia separuh abad, monumen Trikora Salakan tak terurus. Padahal, tugu setinggi 17 meter itu menjadi ikon Kabupaten Banggai Kepulauan terbukti kompleks monumen digunakan dalam perayaaan hari besar beberapa tahun sebelumnya dan terpapar dalam situs resmi daerah.

“Di sinilah lokasi armada kapal perang Indonesia pada peristiwa Trikora.” Begitu yang tertulis dalam website resmi pemerintah daerah setempat. Kini, tugu yang diresmikan 12 Agustus 1995 itu, terabaikan.

Harian Luwuk Post menelusuri sudut-sudut tugu yang menghadap Pulau Bakalan dan Teluk Ambelang itu, Di area sekitar bangunannya, rerumputan liar tumbuh subur. Sampah-sampah berserakan, pagar di depan reliefnya sudah mulai rusak dan warnanya memudar. Hampir tak bisa dibedakan batas area monumen dengan semak belukar.

Pemerhati budaya lokal, Fatharany Abdul Barry menyayangkan sikap apatis pemerintah terhadap monumen yang diresmikan langsung Presiden Soeharto pada 1995 itu. Sikap seperti itu, kata dia, setidaknya menjadi indikasi bahwa daerah itu belum siap sepenuhnya menjadi bangsa besar.

“Itu jelas. Karena kata Founding Fathers kita Soekarno bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Lalu bagaimana kita mengaku sebagai bangsa besar, kalau monumen yang merekam sejarah besar daerah, luput dari perhatian kita?” ujar dia.

Keberadaan ikon kota Salakan itu menurut Fathan bukan saja tentang nilai finansial yang dihabiskan untuk membangunnya. Tapi yang terpenting adalah generasi perlu dibelajarkan untuk punya rasa bangga dan mencintai daerahnya sendiri dari aspek sejarah.

“Bahwa Operasi Mandala yang dilakoni Presiden Soeharto dalam rencana penyerangan Irian Barat, generasi Bangkep membutuhkan teladan dari kita yang lebih paham soal itu. Makanya kalau besok-besok generasi kita tidak menghargai dan tidak paham dengan sejarah daerah ini, jangan disalahkan, karena memang dari kita yang memulai,” jelasnya.

Tenaga pengajar aktif di Universitas Tompotika itu mengatakan, dirinya tak ingin mengatakan bahwa pembangunan dan pemugaran monumen itu hanya berorientasi pada keuntungan proyek semata. Tapi faktanya justru lebih tampak demikian.

“Terus guna apa dibangun kalau tidak dirawat? Jangan nanti tunggu ada kunjungan orang besar dalam kegiatan-kegiatan di tempat itu baru kita pura-pura peduli. Saya anggap kesadaran sejarah kita masih sangat dangkal,” pungkas dia.

Wakil Bupati Bangkep, Salim J. Tanasa mengatakan, memang jauh sebelum itu dirinya sudah berencana akan melakukan pembersihan karena kondisi sekitarnya sudah dipenuhi semak belukar. “Sayang, jika kita tak peduli dengan monumen itu. Monumen itulah yang mengabadikan bahwa Bangkep ini pernah tercatat sebagai bagian penting sejarah perjuangan keutuhan NKRI,” terang Salim saat ditemui di sela-sela waktu istirahatnya.

Dalam waktu dekat ini dia akan mengajak seluruh  organisasi perangkat daerah, terutama Dinas PUPR  dan Dinas Pariwisata untuk membersihkan area monumen tersebut. “Kalau tidak ada kendala, saya rencanakan Jumat ini. Saya ajak semua OPD untuk sama-sama membersihkan monumen itu agar kelihatan lebih bagus lagi,” ujar Salim. (tr-01)