BANGGAI, LUWUK POST – Cuaca ekstrem terjadi di Kabupaten Banggai Laut. Dermaga di Desa Bontosi, Alasan, dan Paisulamo, Kecamatan Labobo dilaporkan ambruk akibat diterpa angin kencang dan gelombang laut, Selasa (6/4) sekitar pukul 20.00 Wita.
Kepala Desa Bontosi, Darwin Balike, membenarkan insiden ambruknya dermaga di desanya itu. Dermaga itu berkonstruksi beton dengan panjang 200 meter. “Kondisi rusaknya parah, dari titian jembatan ke ujung jembatannya putus,” jelas dia per telepone.
Dermaga yang dibangun tahun 2008 menggunakan dana alokasi umum itu, kini tak dapat digunakan lagi. Sebagai alternatif, pemerintah Desa Tengkel mengalihakan aktifitas transportasi laut untuk masyarakatnya yang bepergian ke Ibu kota Banggai Laut. “Kita sudah alihkan sementara ke jembatan alternatif untuk transporasi laut bagi warga yang ingin ke Banggai,” ungkapnya. “Tentunya kami sangat mengharap pemda dapat tindak lanjuti hal naas ini. Apalagi ini terjadi di tiga desa sekaligus,” imbuhnya.
Secara terpisah, Jamaludin, salah seorang warga Desa Alasan menjelaskan, jembatan di desanya memiliki panjang 80 meter dibangun pada tahun 2011 itu, juga mengalami kerusakan berat di bagian ujung jembatan akibat diterpa gelombang laut. “Iya benar, jembatan roboh akibat dihantam ombak.” ungkapnya.
Kejadian itu terjadi saat angin mulai bertiup kencang pukul 18.00 Wita dan gelombang laut meningkat hingga mengakibatkan jembatan roboh sekitar pukul 19.30 Wita pada Selasa lalu.
Selain Bontosi dan Alasan kejadian serupa juga terjadi di Dusun Tengkel, Desa Paisulamo. “Dari sore hari angin dan air laut sudah kencang. Akibatnya jembatan roboh sekitar pukul 20.00 wita,” ujar Jamaludin.
Pekan lalu, di Desa Monsongan, Kecamatan Banggai Tengah, sejumlah rumah terimbas angin kencang. Namun, sampai saat ini penanganannya belum diketahui secara pasti. “Belum ada laporan masuk,” jelas Kepala BPBD Banggai Laut, Mulyadi Mojang saat dihubungi, kemarin.
Mulyadi mengakui saat ini memasuki pancaroba, sehingga memicu gelombang tinggi dan angin kencang. Seharusnya saat ini di Kabupaten Banggai Laut gelombang tenang. “Dari BMKG ada info cuaca ekstrem,” katanya.
Sejak awal bulan ini, BMKG memang telah meminta agar mewaspada potensi cuaca ekstrem di wilayah Indonesia mulai 3 April sampai 09 April 2021.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebutkan, sesuai hasil analisis dinamika atmosfer-laut menunjukkan bahwa La Nina masih berlangsung paling tidak hingga Mei 2021 dengan kecenderungan menuju netral.
“Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) terpantau aktif di sebagian wilayah Indonesia bersamaan dengan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial yang dapat berkontribusi pada peningkatan awan hujan,” ujar Guswanto dalam rilis pers.
BMKG sebagai Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta mendeteksi adanya adanya 2 bibit siklon tropis, yaitu bibit siklon tropis 90S di Samudra Hindia barat daya Sumatra dan bibit siklon tropis 99S di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur.
Secara tidak langsung keberadaan bibit siklon tersebut dapat berkontribusi cukup signifikan terhadap peningkatkan labilitas atmosfer dan pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia, selain itu dapat mendorong peningkatan kecepatan angin yang berdampak pada peningkatkan ketinggian gelombang di sebagian wilayah perairan Indonesia.
Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan terdapat potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat-sangat lebat, angin kencang dan gelombang tinggi di sebagian wilayah Indonesia sejak 3 April lalu, termasuk Sulawesi Tengah. (tr-02/ali/*)