Siklon Tropis Sebabkan Hujan Lebat hingga Gelombang Tinggi di Luwuk
LUWUK, LUWUK POST-Siklon tropis turut berdampak bagi Kabupaten Banggai dan sekitarnya. Masyarakat diminta tetap mewaspadai gelombang tinggi hingga hujan lebat.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Luwuk, Ali Mustofa menjelaskan, hujan lebat disertai petir mengindikasikan dampak dari Siklon Tropis Surigae. Hal ini tidak berpengaruh pada pelayaran maupun penerbangan. Meski begitu, ia meminta masyarakat tetap waspada.
“Meski siklon tropis jauh tapi tetap berdampak pada tinggi gelombang dan awan petir. Dengan adanya hujan tadi, maka mengindakasikan dampak siklon itu ada,” terang Ali, Rabu (14/4/2021) malam.
Untuk penerbangan urainya, membutuhkan cuaca rendah untuk takeoff atau landing. Meski begitu, harus tetap diwaspadai karena siklon tropis bisa menimbulkan awan petir atau awan cumulonimbus.
“Untuk di udara itu masih aman. Ada dampak tapi tidak terlalu signifikan untuk penerbangan. Tapi penerbangan cukup diwaspadai dengan awan petir atau cumulonimbus,” paparnya.
Untuk durasi waktu sikon tropis itu hilang tidak bisa diperediksi. Bisa saja sampai sepekan. Sebab, siklon tropis yang pergerakannya ke arah Filipina ini diindentifikasi tekanannya meningkat dan kecepatan angin semakin tinggi. “Ahli memprediksi siklon ini meningkat, kekuatannya semakin kuat,” katanya.
Di Kabupaten Banggai dan sekitarnya kata dia, masih ada dampaknya selama sepekan ke depan. Sebelumnya BMKG menyebut bibit Siklon Tropis 94W di Samudera Pasifik dari Timur Laut Papua dapat menjadi siklon tropis dalam beberapa hari ke depan.
Sebanyak 30 provinsi pun diperingatkan soal dampaknya. Semua pihak diminta bersiap dan tak menganggap sepele bibit siklon ini. “Dari perhitungan kami, potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam beberapa hari ke depan sangat tinggi,” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (13/4) dikutip dari Antara. “Kami mohon tidak menganggap sepele adanya bibit siklon ini,” lanjut dia.
Bibit siklon tersebut berpotensi menyebabkan peningkatan potensi hujan lebat hingga sangat lebat disertai angin kencang dan gelombang tinggi pada 13-19 April 2021.
Selain itu, dampak yang dapat ditimbulkan siklon tropis 94W ini antara lain banjir, banjir bandang, genangan, angin kencang, tanah longsor, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan.
“Khusus kepada pengguna transportasi laut dan nelayan perlu meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan aktivitas pelayaran karena adanya ancaman gelombang tinggi akibat siklon yang mencapai 4 – 6 meter,” tutur Dwikorita.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan wilayah yang berpotensi terdampak bibit siklon tropis 94W meliputi Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
Ada pula wilayah dengan level waspada untuk potensi banjir bandang pada dua hari ke depan, yakni Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Wilayah dengan potensi gelombang tinggi sekitar 1,25 sampai 2,5 meter antara lain Laut Sulawesi bagian tengah dan timur, perairan utara Kepulauan Sangihe hingga Kepulauan Talaud, Laut Maluku, perairan utara dan timur Halmahera, Laut Halmahera, Samudera Pasifik utara Halmahera.
Sementara, gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter berpotensi terjadi di Perairan Raja Ampat – Sorong, Perairan Manokwari, Perairan Biak, Teluk Cendrawasih, Perairan Jayapura – Sarmi, Samudera Pasifik sebelah utara Papua Barat. Gelombang setinggi 4 hingga 6 meter juga berpeluang terjadi di Samudera Pasifik utara Papua.
Atas temuan tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberi peringatan kepada 30 kepala daerah untuk bersiap-siaga. Daerah-daerah yang mendapat peringatan dini akibat temuan bibit siklon tropis 94W antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
Kemudian, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, serta Papua.
“BNPB berharap pemerintah provinsi untuk menginstruksikan beberapa upaya, pertama, meningkatkan koordinasi dengan BMKG di wilayah terkait dengan perkembangan potensi bibit siklon tropis,” kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan, dalam keterangan tertulis, Selasa (13/4).
Pihaknya mendorong koordinasi antar-dinas terkait dan aparatur untuk pencegahan jatuhnya korban terutama di wilayah berisiko bencana tinggi, seperti lembah sungai, lereng rawan maupun tepi pantai.
“Koordinasi juga menyasar pada komunikasi risiko yang ditujukan kepada masyarakat mengenai potensi bahaya untuk menjauh dari lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon tumbang atau tepi pantai, khususnya warga yang bermukim di wilayah risiko tinggi,” ucapnya.
Siklon tropis sebelumnya yang memicu bencana berupa cuaca ekstrem dan banjir bandang adalah badai seroja. Wilayah Nusa Tenggara Timur dilanda banjir bandang dan cuaca ekstrem. Lebih dari 100 orang tewas dan puluhan lainnya hilang karena bancana ini. (yla/An/arh)