EkonomiHeadlinesMetro

Guna Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan, Lokasi Tangkap Gurita Uwedikan Ditutup Sementara

Kegiatan penutupan sementara lokasi tangkap gurita yang dilaksanakan oleh JAPESDA, YPL, Pemerintah serta Masyarakat Desa Uwedikan, Luwuk Timur (21/8). [Foto: Istimewa]
UWEDIKAN, LUWUK POST.id – Jaring Advokasi Sumber Daya Alam (JAPESDA) bersama masyarakat melakukan penutupan sementara beberapa lokasi tangkap gurita di Desa Uwedikan, Kecamatan Luwuk Timur, Sabtu (21/8).

Penutupan sementara merupakan bagian dari program JAPESDA yang bertajuk “Mendorong Pengelolaan Perikanan (Gurita) yang Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat”. Program yang didukung dan bekerja sama dengan Yayasan Pesisir Lestari (YPL) ini, telah dilaksanakan di Desa Uwedikan selama kurang lebih dua tahun.

Direktur JAPESDA, Nurain Lapolo menerangkan, kegiatan tersebut bukan kegiatan yang dikerjakan secara sepihak dan instan oleh JAPESDA, melainkan sudah melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari pendataan hasil tangkapan nelayan gurita yang dilakukan rutin setiap hari, diskusi dengan nelayan, pemerintah desa, kemudian data-data itu dikembalikan kepada nelayan.

“JAPESDA hanya memfasilitasi. Sisanya merupakan kesepakatan nelayan. Idealnya, dari nelayan untuk nelayan,” kata Nurain.

Dirinya menambahkan, penutupan ini hanya berlangsung selama tiga bulan, bukan selamanya. Selanjutnya dari hasil pembicaraan dengan nelayan pula, disepakati bahwa jenis perikanan yang dilarang ditangkap di lokasi tutup sementara tersebut, hanyalah gurita, bukan semua spesies.

Acara penutupan sementara dihadiri Pemerintah dan Masyarakat Desa Uwedikan. Ada beberapa lokasi yang hari ini ditutup sementara, di antaranya, di sekitar Pulau Balean, Putean dan Marabakun. Pemilihan lokasi itupun pun dipilih berdasarkan data, serta partisipasi dari nelayan gurita itu sendiri.

Staf lapangan JAPESDA di Desa Uwedikan, Zulkifli Mangkau mengatakan, para nelayan dilibatkan dalam semua proses menuju penutupan sementara. Ia mengaku senang dengan antusias nelayan Uwedikan dalam upaya mendorong pengelolaan perikanan yang berkelanjutan ini.

“Dalam enam bulan terakhir, data kami menunjukan bahwa hasil tangkapan nelayan itu, bobotnya sebagian besar hanya 1 kilogram. Padahal bobot ini bisa lebih berat, dan menguntungkan mereka,” beber pria yang akrab disapa Zul itu.

Ia juga menambahkan, lokasi-lokasi yang ditentukan adalah benar-benar lokasi yang potensi guritanya sangat besar. Penutupan sementara bertujuan agar bobot serta jumlah gurita makin banyak, tidak dieksploitasi secara besar-besaran, karena siklus hidup gurita sangat singkat.

“Sekarang harga gurita sudah perlahan normal, 50 hingga 70 ribu per kilo. Bayangkan jika sekali turun nelayan bisa menangkap gurita dengan bobot di atas 2-3 kilo dalam jumlah yang banyak,” jelasnya.

Sejatinya, inilah definisi pengelolaan perikanan yang berkelanjutan itu. Ekosistem, atau sumber daya alam terjaga, tapi masyarakat juga bisa tetap mendapatkan pendapatan. Kegiatan dibuka secara simbolis oleh Kepala Desa Uwedikan, Lapulo. Dalam sambutannya, dirinya mengapresiasi inisiasi penutupan sementara ini. Menurutnya, potensi perikanan di desa sangat besar, tapi memang pengelolaannya masih belum cukup baik.

“Terima kasih kepada JAPESDA, telah memperhatikan dan mendampingi desa selama setahun lebih. Kepada para nelayan, tolong patuhi kesepakatan yang telah dibuat untuk kebaikan kita bersama” ujar Kades.

Sebelumnya juga sudah ada kelompok pengawas perikanan yang terbentuk, terdiri dari para nelayan, dimana mereka itulah yang akan melakukan patroli setiap hari, menjaga, dan mengawasi lokasi-lokasi penutupan sementara, sebelum akhirnya dibuka dalam tiga bulan ke depan.

“Teman-teman, kita harus sabar dan menunggu. Jangan menangkap di lokasi-lokasi ini. Kita berdoa semoga hasilnya nanti akan baik,” kata Djaenudin, Ketua Kelompok Pengawas Perikanan. (abd)