LUWUK, LUWUK POST.id – Bukan hanya musik tradisional yang dikreasikan, tetapi anak muda asal Kecamatan Nambo yang tergabung dalam kelompok pegiat seni, Zona Orientasi Muda Berinspirasi Inovatif Dan Edukatif (ZOMBIE), juga memproduksi bentuk kerajinan tangan berupa Diorama, kerajinan aquarium, desain panggung pertunjukan dan kerajinan karung goni.
Menurut keterangan salah satu Pembina ZOMBIE, Suparno Iba, kerajinan diorama merupakan kerajinan jenis miniatur yang dikerjakan untuk pajangan permintaan pemesan dan pajangan kegiatan mereka pada acara pameran, berbentuk lokasi dan situasi suatu keadaan tertentu, biasanya berupa detail bangunan atau figure makhluk dan benda. Pembuatan diorama tersebut telah dimulai sejak tahun 2017 dan rutin dilakukan, kemudian untuk aquarium sama seperti pada umumnya, hanya saja ditambahkan sentuhan pemandangan di sekitarnya (diorama) dan di dalam aquarium itu sendiri (aquascape).
“Di tahun 2018, kami mengikuti pelatihan pembuatan aquarium yang dilaksanakan oleh salah satu perusahaan migas di Banggai, hanya saja belum membuka pemasaran dan permintaan pemesan sebab belum banyak dibuat untuk dipasarkan dan masih terbatas pada alat dan bahan pembuatan,” sambung pria yang akrab disapa Parno itu.
Terkait dekorasi panggung, ia menuturkan, mereka sering melakukannya pada kegiatan ZOMBIE, dan pada kegiatan organisasi lain yang berkolaborasi dengan mereka. Konsep desainnya Tergantung pada tema kegiatan. Hal tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2017 dan mereka telah beberapa kali diberikan kepercayaan oleh perusahaan yang berada di Banggai untuk mendesain panggung pada pentas kegiatan.
“Kerajinan tangan dari karung goni yang kami buat berupa topi, tas, serta lukisan abstrak pajangan dinding. Baru dikerjakan sekitar tahun 2020, karena ada permintaan dari beberapa pemesan. Pengerjaanya pun masih manual, dan kuantitasnya tergantung banyaknya bahan dan jumlah pemesan. Secara keseluruhan, semua bentuk kerajinan termasuk dalam program, kecuali desain panggung yang berdasar pada ada tidaknya kegiatan,” beber Parno.
Secara rinci ia menjelaskan, proses pembuatan diorama harus memperhitungkan setiap bagian, dari bentuk figure, media landasan pembuatan tempat peletakan diorama, bangunan dan bahan pembuatan, tema diorama, posisi dari penempatan figure, pengecatan, ukuran kaca untuk pelindung, dan bahan pendukung pemandangannya. Lama waktu pengerjaanya tergantung tingkat kesulitan pesanan atau ide kami sendiri. Dalam waktu dekat akan dipasarkan lagi setelah semua pekerjaan selesai.
“Kreasi kerajinan tangan karung goni, disesuaikan pada permintaan dan inspirasi kami sendiri. Dimulai pada pembentukan pola, penjahitan motif, lukisan, yang dikerjakan sesuai tingkat kesulitannya dan biasanya yang sukar itu pada lukisan media karung goninya, namun ini tidak memakan waktu yang lama, tergantung jumlah pesanan yang ada, serta desain untuk dipasarkan,” jelas dia.
Bagi mereka saat ini, meski pemberlakuan PPKM tak kunjung berhenti, mereka tetap bergerak untuk terus berkarya, sebab meski situasi yang menekankan agar tetap dirumah, bukan suatu alasan untuk tidak produktif.
“Walaupun belum tentu pendapatan pada sisi ekonomi kreatif itu sulit, keyakinan pada pencipta Tuhan yang Maha Kuasa sebagai pemberi rezekilah, yang menjadi kekuatan kami berkarya sebagai proses berusaha,” tutup Parno. (abd)