Fasilitas Terbatas, DLH Bangkep Bawa Kokolomboi Harumkan Nama Daerah
SALAKAN, LUWUK POST-Keterbatasan fasilitas bukan alasan bagi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) bersama pengelola Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Kokolomboi untuk mengharumkan nama daerah di kancah nasional.
Buktinya, Taman Kehati Kokolomboi berhasil menjuarai ajang Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) ke-12 yang diselenggarakan di Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur beberapa waktu lalu.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bangkep, Ferdy Salamat yang memperjuangan Taman Kehati Kokolomboi untuk ikut serta dalam acara puncak HKAN menjelaskan bagaimana Kokolomboi, yang tanpa dilengkapi fasilitas memadai tetap menjadi juara.
“Iya. Karena jalan menuju ke taman Kokolomboi selama ini tidak dibantu untuk diperbaiki,” ujar Ferdy kepada awak media ini di ruang kerjanya, Kamis (7/10).
Menurut Ferdy, dari sisi fasilitas, Taman Kehati Kokolomboi jauh ketinggalan dari semua taman kehati lain yang ada di Indonesia, terutama di jawa, mulai dari fasilitas jalan, hingga ke pembangunan fasilitas lain seperti gapura.
Tetapi, menurut Ferdy, fisik berupa sarana dan prasarana bukan menjadi patokan utama dalam melihat konteks lingkungan, melainkan lebih kepada bagaimana fungsi pemulihan lingkungan terus dijaga, untuk mengembalikan kondisinya seperti semula.
Di Kokolomboi, sebut Ferdy, awalnya terdapat hewan endemik, Kuyak (Gagak Peling) yang telah dinyatakan punah puluhan tahun lalu. Tapi kemudian ditemukan kembali sekitar tahun 2008 dan hebohnya di tahun 2009 sampai 2010.
“Dulunya di Kokolomboi itu tidak ada kuyak, dia masih di hutan yang di dalamnya lagi, masih di hutan di dalamnya lagi, jauh dari perkebunan. Sekarang ini sudah ada. Buktinya keberadaan sarang, yang dilihat langsung orang kementerian,” tutur dia.
Lanjut dia, pihak kementerian kemudian mewawancarai hasil pemantauan pihak pengelola. Dalam wawancara dituturkan bahwa awal burung endemik memasuki kawasan Kokolomboi hanya satu koloni yang terdiri dari satu pasangan beserta dua ekor anaknya.
“Nah sekarang, sudah ada empat keluarga, yang awalnya dari satu keluarga menjadi empat keluarga sekarang. Itu hasil pemantauan teman-teman pengelola di lapangan,” ucap Ferdy.
Berdasarkan beberapa hasil kajian, terang Ferdy, Kuyak memiliki teritori. Sapasang burung endemik tersebut, menempati sekitar 10 hekto are. Dalam teritori itu, pasangan kuyak akan membina anak-anaknya, yang kemudian anak-anaknya itu membentuk koloni terbaru.
Di sisi lain, pihaknya terus menjaga hutan Kokolomboi agar tidak mengalami perubahan dari sisi kualitas. Salah satu metode yang dilakukan adalah mempertahankan dan menanam tumbuhan lokal yang ada di sekitar kawasan hutan ini.
“Jangan kita tambah tanaman-tanaman lain, selain yang ada dalam kawasan itu. Supaya pakan satwa tersebut tetap tersedia. Itu penilaiannya kementrian. Makanya dia lihat kita berhasil memulihkan ekosistem,” tandas dia.
Terkait itu, pihaknya telah mendapat pemberitahuan dari pihak Pelaksana HKAN mengenai penyerahan pengharagaan yang akan dilaksanakan beberapa pekan ke depan. Tapi waktu tepat penyerahan itu belum ditentukan. Karena itu pihaknya masih menunggu surat resmi.
“Dan saya bersama pak Bupati akan berangkat kesana (Kupang). Karena pak bupati yang akan menerima penghargaan itu secara langsung,” kata Ferdy.
Sebagai informasi, Taman Kehati Kokolomboi menempati urutan pertama dalam acara puncak HKAN itu, dari 90 peserta Taman Kehati yang ada di Indonesia (Rif)