Kisah Haru Tiga Nelayan Boniton yang Tertangkap Pakai Tuba Saat Melaut
SALAKAN, LUWUK POST-Unia masih saja sulit membendung air mata di pojok rumah berdinding bambu miliknya. Sejak Kemarin Siang, hingga Jumat Pagi (4/3) sekujur tubuhnya terasa lemah dan kaku. Ia syok, lantaran mendengar suami dan kedua putranya ditangkap Polairud Polda Sulawesi Tengah saat melaut.
Sulman sang suami beserta kedua putranya, Marto dan Herman sejak Kamis Siang (3/3) tertangkap di Selat Banggai dan tak lagi sempat pulang rumah. Ketiganya harus diberangkatkan ke Mapolda Sulteng. Kasusnya, kedapatan memakai Tuba sebagai alat tangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Padahal di rumah, nasi Unia baru saja matang di atas tungku. Ia berharap Sang Suami dan kedua anaknya bisa pulang membawa ikan hasil tangkapan untuk disantap dengan nasi hari itu. Sayangnya lauk yang dinantinya justru berganti dengan kabar yang membikin seisi jiwanya sesak.
Kabar itu disampaikan lewat Hp milik kerabatnya. Dari hp itu, Suara Marto terdengar lirih dari telefon. Ia meminta agar keluarga di kampung tetap tabah dan sabar. Pesan lebih penting yang ia sampaikan buat sang istri, agar bayinya dijaga agar tidak sakit.
“Waktu ditangkap, ketiganya cuma membawa pakaian basah yang masih melekat di badannya. Untung ada Warga Tinakin yang berbaik hati mengantarkan beberapa lembar baju dan celana. Karena tak bisa pulang lagi, sudah harus berangkat ke Palu,” tutur pemilik hp, salah seorang kerabat,
Sudah ada kurang lebih 20 ekor ikan hasil tangkapan yang didapat, lanjut dia, saat Patroli Polairud menarik paksa perahu yang ditumpangi ketiga nelayan naas itu.
Unia tentu sangat terpukul dengan pengalaman getir itu, yang belum pernah dialami semasa hidupnya. Sedikit pun ia tak membayangkan, hidup dengan serba keterbatasan, masih pun mendapat ujian yang sedemikian beratnya.
Batinnya makin hancur saat matanya tak srngaja menatap wajah polos sang cucu, bayi Marto yang baru berusia setahun lebih. Sudah pasti anak seusia itu masih sangat membutuhkan kerja keras sang ayah untuk memenuhi kebutuhan makannya.
Entahlah, Unia bingung harus mengeluh ke siapa? Di lingkungan keluarga tak seorang pun bisa diandalkan bisa bicara ke pemerintah untuk meminta bantuan. Hingga akhirnya, pemilik HP mengingat dan menelepon anggota DPRD dari dapil II, Rahma Z. Dg Taha.
Sambil terisak, Unia mulai mencurahkan semesta keluhan yang membebani isi jiwanya kepada Rahma. Ia mengungkapkan, sebagai masyarakat kecil, ia sangat mengharapkan aleg dari Partai Hanura itu bisa membantunya.
“Jujur, kami masyarakat kecil tidak tahu harus mengeluh kemana. Makanya kami berharap Bu Rahma bisa membantu kami. Kami pun tidak tau kalau tuba juga dilarang dipakai,” ungkapnya dalam telefon.
Rahma pun menunaikan amanah itu keesokan harinya, Jumat (4/3). Di kantornya, ia membicarakan kejadian itu kepada Ketua DPRD Rusdin Sinaling untuk mendapatkan solusi agar kasus tersebut tidak berujung pada sanksi penjara.
Laporan itu ditindaklanjuti Rusdin dengan menghubungi Kasat Polairud Bangkep, Iptu Darfin. Ia meminta bantuan Iptu Darfin untuk mengkoordinasikan sisi kemanusiaan pihak tertangkap ke Polairud Polda yang sekiranya bisa dijadikan dasar agar tidak dilakukan penahanan.
Tak hanya ke Polairud, Rusdin juga meminta Kepala Dinas Perinakan Bangkep, Tomy B. Luasusun untuk menelepon Kepala Dinas Perikanan Propinsi. Melalui kontak telefon itu, Rusdin juga meminta bantuan dinas perikanan propinsi untuk berkoordinasi ke Polairud Polda. (Rif)