Yusran Sang Inisiator Pelestari Burung Maleo Desa Bukit Jaya
LUWUK, LUWUK POST – Perkenalkan namanya Yusran, Pria kelahiran Batui, Kabupaten Banggai 10 Mei 1972. Bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Kawasan Satwa Margasatwa (SM) Bakiriang, Batui dan Desa Bukit Jaya, Kecamatan Toili mengenalnya sebagai sang inisiator pelestari burung endemik maleo (Macrochepalon).
Sebutan pelestari maleo itu disematkan masyarakat berawal dari 5 tahun lalu, saat Yusran berhasil menyelamatkan sejumlah telur burung maleo di bantaran sungai Desa Bukit Jaya, Kecamatan Toili.
“Jika tak saya bawa pulang untuk ditetaskan besar kemungkinan terseret luapan air sungai akibat banjir.”
Peristiwa itu membekas dan menanamkan kesadaran tulus untuk menginisiasi masyarakat di desanya agar bersama-sama melestarikan dengan mengembangbiakan burung maleo.
Serta cikal bakal terbentuknya “Komunitas Jaya Lestari” kelompok pecinta maleo Desa Bukit Jaya, yang kini anggotanya berjumlah 36 orang.
“Walaupun dalam serba keterbatasan, kami terus mengkampanyekan rambu-rambu pada masyarakat tentang pentingnya perlindungan pelestarian burung endemik maleo.”
Bapak dari sepasang putra putri ini merunutkan, sebelumnya tak tahu menahu bahwa di lokasi tempat tinggalnya, Desa Bukit Jaya, menjadi sarang burung maleo untuk bertelur.
“Saya menetap di Desa Bukit Jaya sudah 17 Tahun, sejak 2005, nanti Tahun 2017 baru mengetahui informasi itu melalui ketua Lembaga Adat Batui, Baharudin.”
Berbekal pengetahuan sekedarnya, Yusran berusaha secara mandiri mengembangbiakan anakan burung maleo hasil penetasan telur-telur yang didapatnya saat menelusuri bantaran sungai Desa Bukit Jaya.
Karena keterbatasan pengetahuan, keberhasilan pun jauh dari kata maksimal.
Bersyukur Yusran dan kawan-kawan mendapat arahan BKSDA Sulteng yang merekomendasikan konservasi eksitu Pusat Konservasi DSLNG untuk bekerjasama mengembangbiakan anakan burung endemik maleo.
“Dengan komitmen bersama agar pelepasliarkan anakan maleo juga dilakukan di Desa Bukit Jaya.”
Pak Aco panggilan akrabnya terlihat sumringah penuh kepuasaan ketika dirinya beserta beberapa teman sejawat dari Komunitas Pecinta maleo lainnya turut andil dalam kegiatan DSLNG untuk melepasliarkan anakan maleo di Kawasan SM Bakiriang, Kamis (9/6) pada momentum peringatan hari lingkungan hidup sedunia.
“15 ekor anakan maleo yang dilepasliarkan, 3 dari hasil penangkaran mandiri Komunitas Jaya Lestari.”
Itu menambah rekor capaian pribadinya menjadi total 30 ekor anakan yang telah dikembalikan ke habitat aslinya.
Senyum Pak Aco semakin melebar, menyiratkan hal yang pasti baik. Bahwasanya, dia berhasil memulai dari diri sendiri untuk pelestarian maleo di Kabupaten Banggai. (mjd)