Demi Gladi ANBK, Siswa SDN Kuakon Rela Seberangi Lautan
SALAKAN, LUWUK POST – Beberapa Siswa SDN Kuakon, Sub Desa Ambelang, Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) bersama dua gurunya, pekan lalu, tampak menikmati perjalanan laut di atas Perahu Katinting.
Hendak berwisata? Bukan. Perjalanan di atas perahu setengah tua berukuran sekira 5 Meter itu, dilakukan demi mengikuti Gladi Assesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) sesi II di Salakan, Ibukota Bangkep.
Semangat yang lahir dari balutan seragam merah putih di tubuh para siswa itu, mampu menindih keluh kesah serta rasa takut siswa dalam perjalanan laut dengan jarak tempuh sekira 30 Menit dari Pantai Lopon ke Desa induk Kuakon, Ambelang.
Bukan tanpa alasan Kepala Sekolah, Aswandi A. Basi bersama guru-guru mengambil alternatif laut. Kondisi jalan dengan panjang sekitar 2 Kilometer, dari Kuakon ke Manggalai yang rusak berat menjadi alasan utama pihaknya memilih alternatif jalur laut.
“Akses jalan yang rusak dari Desa Manggalai ke Kuakon. Apalagi, di sini bukan hanya ke Kuakon, justru disini lintas Bulagi Selatan, dan Buko Selatan. Orang kan pilih jalan alternatif,” kata Aswandi, ke media ini via telefon, Jumat (23/10).
Ia mengaku, jika kondisi cuaca lautan sedang kencang, maka mustahil bagi dia memaksakan anak didiknya menumpangi perahu katinting.
Kedua, ketiadaan jaringan internet di sekolah diungkapkan Aswandi menjadi alasan paling prinsip, yang memaksa pihaknya rela bertaruh resiko maut demi masa depan anak didiknya.
Aswandi, tentu tidak abai dengan keterbatasan sekolah yang sudah dinegerikan sejak 2009 itu. Permohonan jaringan sudah pernah dilayangkan ke Bhakti Aksi dua tahun sebelumnya.
Janji pengadaan di sekolah itu pun sempat ditanggalkan pemerintah. Namun sepatah kabar tentang hasil permohonan dan janji itu hingga detik ini, tak juga terdengar.
“Karena memang akses internet tidak ada disini. Ini pun kalau telepon nanti di titik-titik tertentu. Nanti keluar dari Kuakon, baru bisa dapat jaringan. Kebetulan saya sekarang lagi bagus jaringan di pinggir jalan sebelum masuk Kuakon,” tuturnya
Pun sebelum sampai di Pantai Lopon, titik start perahu, dari Sekolah para siswa masih harus menapaki jalan sekitar 1-2 Kilometer dengan berjalan kaki. Setibanya di Ambelang para siswa harus melanjutkan perjalanan dengan menumpangi mobil ke Kota Salakan.
Karena itu, Kepala Sekolah yang baru dua tahun bertugas di sekolah itu, berharap pemerintah daerah bisa menjawab sedikit asa siswa dan para guru di sekolah itu, terutama akses jalan dan jaringan.
“Terutama jalan. Karena akses jalan ke Kuakon itu bukan hanya dilalui siswa SD, melainkan banyak siswa SMP dan SMA yang sekolah di Ambelang dipaksa melewati jalan itu. Oto pun terkadang mogok dikarenakan kondisi jalan yang rusak parah,” ucapnya.
Selain kebutuhan jalan yang memadai, Aswandi juga berharap sekolahnya mendapat bantuan tambahan gedung dan tower jaringan internet sehingga kualitas pembelajaran di sekolah itu bisa lebih maksimal. (Rif)