BeritaHeadlines

Jaringan Internet Tidak Tersedia, Bangkurung bagai terkurung

BANGKURUNG, LUWUK POST – Desa Mbeleang, Kecamatan Bangkurung, Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah, merupakan salah satu desa yang belum bisa menikmati jaringan internet seperti di daerah lainnya. Padahal, jaringan internet sangat dibutuhkan untuk menunjang komunikasi, perkembangan usaha, dan dunia pendidikan.

Akibat tidak adanya akses internet, warga Desa Mbeleang merasa terisolir dari dunia luar. Mereka kesulitan untuk mendapatkan informasi, berbisnis, dan belajar secara online. Salah satu yang paling terdampak adalah Sekolah Dasar Desa Mbeleang, yang harus menghadapi tantangan besar dalam melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

Foto bersama siswa dan wali kelas disalah satu sekolah dasar didesa mbeleang kecamatan bangkurung kabupaten banggai laut 5/12 [ foto aswar poibara ]
Suharniati S. Saling, salah satu guru di sekolah tersebut, mengeluhkan kondisi yang sangat miris. Ia mengatakan bahwa untuk mengikuti UNBK, ia dan 15 siswa kelas enam harus menempuh jarak sekitar 15 kilometer ke Desa Dungkean, yang memiliki jaringan internet. Mereka harus menyewa transportasi dan naik ke gunung untuk mendapatkan sinyal.

“Kami tidak membebankan biaya kepada siswa. Kami menggunakan dana bos sekolah dengan anggaran 200.000 sampai 300.000 untuk pengantaran ke lokasi desa tetangga,” ujarnya kepada awak media, Senin (5/12).

Sementara itu, Kepala Desa Mbeleang, Rukman K, mengaku bahwa jaringan internet di desanya pernah berfungsi, namun hanya sebentar. “Jaringan internet di desa kami memang sempat berfungsi, hanya saja tidak sampai dua minggu sudah tidak berfungsi lagi dan belum diketahui penyebabnya sampai saat ini,” katanya.

Rukman berharap pemerintah provinsi dan kabupaten dapat memberikan perhatian dan solusi terhadap masalah jaringan internet di desanya. Ia mengatakan bahwa desanya merupakan pusat perekonomian pertanian, dan juga warga ingin berkomunikasi dengan sanak saudara yang menempuh pendidikan di luar Bangkurung.

“Kami merasa seperti terkurung di desa kami. Kami membutuhkan jaringan internet untuk mengembangkan diri dan desa kami,” tuturnya. (*/Asw)