LUWUK, LUWUKPOST.ID – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Banggai mengalami penurunan signifikan. Hal ini tidak terlepas dari upaya pencegahan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banggai melalui Dinas Kesehatan dengan menciptakan inovasi “Si Batik Maleo.
Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai mencatat, fluktuasi kasus DBD dalam tiga tahun terakhir berangsur menurun. , tahun 2021 terdapat 6 kasus DBD, pada 2022 memang mengalami peninkatan menjadi 73 kasus (dengan 1 kematian).
Namun, pada 2023 kembali menurun menjadi 65 kasus (dengan 1 kematian). Sementara pada 2024 hingga Juli kemarin, kembali menurun menjadi 45 kasus (tanpa kematian).
Hal ini membuktikan bahwa inovasi “Si Batik Maleo yang digagas Dinas Kesehatan Banggai berhasil. “Si Batik Maleo” bertujuan memperkuat peran siswa sebagai agen pencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti, di Hotel Swissbelinn, Luwuk Selatan, Senin (2/9/2024).
Inovasi ini dibahas dalam rapat koordinasi yang dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Banggai, Ramli Tongko.
Dalam kesempatan itu Ramli Tongko menekankan, bahwa DBD tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Oleh karena itu, penanganannya memerlukan peran aktif dari berbagai pihak, tidak hanya organisasi kesehatan. “Melalui program “Si Batik Maleo”, diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan menjadi pelopor dalam menerapkan gaya hidup sehat di lingkungan sekitar mereka,
” harapnya.Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam mengkampanyekan Gerakan Pemberantasan Dengue melalui pemberantasan sarang nyamuk 3 M Plus, termasuk Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara rutin, baik di lingkungan tempat tinggal/kantor maupun melalui inovasi Si Batik Maleo.
Dalam rapat koordinasi tersebut, dilakukan penandatanganan komitmen bersama Sekolah Bebas Jentik Cegah DBD dengan Inovasi Si Batik Maleo. Turut hadir sebagai narasumber dalam rakor tersebut Tim Kerja Arbovirosis Kementerian Kesehatan, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, penanggungjawab Program Arbovirosis Dinas Kesehatan Sulteng, dan Ketua Komunitas Belajar SDN Maahas.(*/fil)