AdvertorialsAkademikaBeritaBudayaHeadlines

Alam Budaya Bangkep Mempesona Peneliti, dari Universitas Indonesia hingga Utrecht University

CAPT : Dr. Annisa Triyanti, Asisten Professor di Universitas Utrecht Belanda (berkaos abu-abu) saat berdiskusi dengan warga di sekitar Taman Kehati Kokolomboi. [FOTO : ISTIMEWA]
SALAKAN, LUWUK POST – Taman Kehati di Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) menarik perhatian sejumlah peneliti dari beberapa kampus besar di Indonesia dan Eropa guna melakukan penelitian berkaitan dengan kearifan lokal.

Pekan lalu, enam orang peneliti dari kampus dan disiplin ilmu berbeda, yakni dari Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, Universitas Hassanuddin, Universitas Amikom Yogyakarta dan satu lagi dari Utrecht University (Belanda) melakukan riset aksi di beberapa lokasi, mulai dari Taman kehati Kokolomboi, Lalengan, Batong, Meselesek, dan Komba-komba

Dr. Annisa Triyanti, asisten professor di Universitas Utrecht Belanda, yang terlibat dalam Riset Aksi itu mengungkapkan kekagumannya terhadap upaya pelestarian Taman Kehati Kokolomboi dengan memanfaatkan kearifan lokal.

“Saya sudah banyak melakukan penelitian berkaitan dengan konservasi sumber daya alam, mulai dari dalam hingga luar negeri, tapi Taman Kehati di Bangkep saya akui sangat unik, karena pengelolaannya yang memanfaatkan kearifan lokal,” kata Dr. Annisa kepada media ini, via pertemuan virtual, Sabtu (11/2).

Budaya masyarakat di sekitar kawasan konservasi Kokolomboi, dinilainya, masih sangat kental dengan warisan leluhur, dan tidak mudah dipengaruhi budaya dari luar. Salah satu alasannya, lokasi Kokolomboi belum cukup terbuka untuk diakses publik dan jauh dari Kota.

Meski begitu, Dr. Annisa mengatakan, pengelolaan Taman Kehati di Bangkep, tidak bisa dipisahkan dengan pengetahuan yang dibawa para peneliti dengan latar belakang disiplin ilmu yang berbeda.

“Cuma, yang terpenting adalah bagaimana mengantisipasi adanya unsur-unsur politik kepentingan yang masuk, yang bisa menciptkan perbedaan kepentingan bagi berbagai komunitas yang ada di sana,” jelas dia.

Olehnya itu, menurut dia, tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi Kokolomboi perlu diperhatikan. Sebab, kesejahteraan akan membantu melepaskan mereka dari tawaran-tawaran politik kepentingan.

Sementara, Dr. Didi Mochamad Indrawan, peneliti dari Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia mengatakan, Timnya telah bekerja sama dengan masyarakat setempat sejak 2004. Hasilnya, berbagai taman Kehati yang merupakan kawasan konservasi yang dikelola masyarakat Kokolomboi, kian bertumbuh.

, Dr. Didi Mochamad Indrawan, peneliti dari Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia (berkaos putih) berdiskusi seputar potensi alam dan kearifan lokal masyarakat Bangkep

Sebagai peneliti yang telah lama bekerja sama dengan masyarakat setempat, Dr. Didi mengaku sangat menginginkan kearifan lokal di tempat itu terwariskan ke setiap generasi secara terus-menerus.

“Kekhawatiran saya, masyarakat di sana kehabisan generasi yang memiliki perhatian serius terhadap kelestaraian alam dan budaya Bangkep. Hal itu penting dipikirkan, mengingat tidak semua generasi di sana peduli dengan pelestarian,” bebernya.

Karena itu, menurutnya harus ada upaya untuk mempertahankan kearifan lokal melalui beragam cara, termasuk menciptakan materi muatan lokal yang bisa dijadikan bahan ajar di sekolah-sekolah.

Kemudian, dari sisi hukum, Dr. Didi mengatakan, masyarakat yang memiliki hukum adatnya sendiri perlu mendapatkan legalitas dari Pemerintah Dareah, berupa pengesahan peraturan daerah mengenai masyarakat hukum adat.

Terpisah, Ir. Kondrad D Galala MM, staf ahli Bupati Kabupaten Bangkep memberikan tanggapan positif atas kehadiran beberapa peneliti yang telah melakukan riset aksi.

Menurut Kondrad, kehadiran tim peneliti yang tergabung dari berbagai universitas, baik dalam mau pun luar negeri, di Kabupaten Bangkep sangat patut diapresiasi.

Paling tidak, jelas dia, hal itu menjadi bukti nyata bahwa potensi keanekaragaman hayati yang ada di pulau ini bukan rahasia lagi, melainkan sudah terekspose sampai ke level internasional.

Ir. Kondrad menghendaki agar momentum tersebut dipertahankan sebagai upaya untuk mengantisipasi menguatnya kepentingan pribadi dan kelompok, yang kemudian bisa merusak ekosistem, baik sosial maupun kondisi lingkungan yang selama ini telah terjaga dengan baik.

“Diharapkan juga adanya aksi peningkatan perlindungan oleh Pemerintah Daerah bersama dengan masyarakat pelaku peduli lingkungan,” ungkapnya.

Eks Kepala Dinas Komunikasi dan Infromasi (Diskominfo) Bangkep  itu juga menaruh harapan kepada para insan media untuk senantiasa mempublikasi potensi SDA yang masih asri.

“Peran jurnalis dan media sangat penting untuk mempublikasikan potensi SDA yg masih asri dan ternyata dijaga keberlangsungannya oleh kearifan lokal masyarakat setempat”, pungkas beliau. (Rif)