BeritaOpini

Kenali Apa itu Retinoblastoma, Kanker Mata yang Kerap Menyerang Anak

Pada tanggal 4 Februari setiap tahunnya, seluruh negara di berbagai belahan dunia memperingati Hari Kanker Sedunia. Perayaan Hari Kanker Sedunia ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kanker, sehingga masyarakat dapat menerapkan hidup sehat, mendorong pencegahan, deteksi, sampai dengan proses pengobatan kanker. Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia.  Untuk anak-anak selain permasalahan gizi, kanker pada anak juga menjadi sorotan akhir-akhir ini. Seiring dengan peningkatan jumlah kanker secara umum, angka kejadian kanker pada anak terus meningkat, diperkirakan 2-4% sari seluruh kejadian kanker pada manusia. Kanker pada anak berbeda dengan kanker yang di jumpai pada orang dewasa. Kanker pada orang dewasa dapat dicegah, sedangkan pada anak tidak. Sehingga sangat penting untuk mengetahui kanker pada anak sejak dini, untuk meningkatkan harapan hidup.

Retinoblastoma menduduki peringkat kedua kanker pada anak setelah leukimia.  Retinoblastoma adalah kanker dalam mata yang paling sering dialami oleh bayi dan anak-anak sampai umur 5 tahun, insidens terjadinya yaitu 1 per 15.000-20.000 kelahiran dan sekitar 3% dari total kanker yang terjadi pada anak. Diperkirakan 7000-8000 anak mengalami retinoblastoma tiap tahunnya di seluruh dunia dengan 3000-4000 diantaranya meninggal.

Fakta yang menarik dari retinoblastoma adalah dari sekian banyak kanker yang ditemui pada anak, retinoblastoma adalah satu-satunya kanker yang dapat dideteksi secara dini. Namun sayangnya karena kurangnya masyarakat mendapat informasi tentang retinoblastoma, kurangnya pengetahuan orang tua tentang gejala retinoblastoma dan pentingnya deteksi dini, serta kurangnya penangan segera terhadap anak yang menderita retinoblastoma, sehingga seringkali anak yang menderita retinoblastoma dibawa pada fase lanjut. Hal lain yang mendukung pentingnya deteksi dini retinoblastoma karena retinoblastoma merupakan kanker yang bersifat familia atau diturunkan secara genetik.

Orang tua harus waspada bila terlihat tanda-tanda mata merah, berair, bengkak yang tidak membaik setelah pemberian obat mata, mata juling, atau di waktu gelap mata anak seolah bersinar seperti mata kucing (leukokoria), bisa dikatakan bahwa anak tersebut terindikasi menderita retinoblastoma. Selain itu, orang tua sebaiknya mengajak anak-anaknya untuk melakukan skrining dan pemeriksaan mata anak pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat tanda-tanda seperti yang disebutkan diatas.

Angka harapan hidup pada retinoblastoma dilaporkan melebihi 95% ketika didiagnosis secara dini pada tahap intraokular atau tahap didalam mata. Namun, diagnosis dan penanganan yang terlambat yang sering terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia dapat mengakibatkan terjadinya metastasis ekstraokular atau perluasan ke luar dari mata, kehilangan penglihatan dan kematian.  Pada negara-negara berkembang, kira-kira setengah populasi anak yang terdiagnosis retinoblastoma meninggal, diduga karena baru terdiagnosis saat stadium penyakit yang sudah lanjut. Penyebab lain yaitu orang tua lebih memilih untuk mencari pengobatan alternatif akibat keterbatasan akses maupun alasan kultural yang berdampak keterlambatan mencari pengobatan secara medis.

Tantangan saat ini dalam terapi retinoblastoma adalah untuk mencegah kebutaan dan efek serius yang lain dari terapi yang mengurangi umur hidup atau kualitas hidup setelah terapi. Terapi bertujuan mempertahankan kehidupan, mempertahankan bola mata dan penglihatan serta kosmetik. Terapi konservatif meliputi fotokoagulasi, krioterapi, kemoterapi, dan radioterapi. Terapi bedah yaitu enukleasi dan eksenterasi. Pilihan terapi tergantung dari keterlibatan 1 atau 2 mata, ukuran kanker dan stadium penyakit.

Deteksi dini yang dilanjutkan dengan penanganan yang cepat dan tepat dapat mengurangi mortalitas atau kematian serta memperbaiki harapan hidup anak penderita retinoblastoma.

Biografi :

Nama Lengkap: dr. Feby Bantoyot

Nama Panggilan: dr. Feby

bekerja: Puskesmas Bonebobakal

buka Praktek Mandiri: Apotek Gracio Desa Eteng Masama