BeritaBreaking NewsDaerahFeatureHeadlines

Puskesmas Bunta Dituding Terlantarkan Pasien, Oknum Perawat NK: disini nanti somo mati baru di rujuk

LUWUK, LUWUK POST — Ny. Johoro (51) tak dapat menyembunyikan raut kesedihannya. Hampir sebulan, anak semata wayangnya, Misbah Hasan (25) telah pergi untuk selama-lamanya.

Kepada media ini, Selasa (16/5/2023) dengan sedikit terisak. Ny. Johoro mencoba menceritakan kembali peristiwa yang senantiasa akan menjadi suratan takdir yang menyayat hati bagi dirinya dan suaminya, Badar Hasan.

Dia memulai obrolan dengan ucapan lirih. “Kami insyaAllah sekeluarga telah ikhlas melepas kepergian Misbah, akan tetapi tidak akan pernah memaafkan pelayanan Puskesmas Bunta,” sebutnya.

Ditengah ikhtiarnya memperjuangkan keselamatan putri satu-satunya, justru tidak disambut dengan kinerja pelayanan yang baik dari sejumlah Oknum tenaga medis Puskesmas Bunta.

Bahkan rintihan isak tangis anaknya justru mendapat jawaban asal dari sang oknum perawat Puskesmas Bunta berinisial NK.

“Disini nanti somo mati, baru dirujuk,” sebut Ny. Johoro meniru ucapan sang Oknum perawat berinisial NK.

Tante Jauhar panggilan akrabnya merincikan, bahwa putrinya (Alm) Misbah pertama kali mendapatkan perawatan medis dari Puskesmas Bunta pada tanggal 18 April 2023.

“Waktu mengantar anak saya ke Puskesmas sekitar siang hari, pada saat itu saya dilayani perawat  Ses Nurul, perawat menyatakan bahwa dr Agung Hidayat (dokter yang bertugas di Puskesmas Bunta) masih berada di Palu,” ucapnya.

Keluhan anak saya yakni menderita pusing, dan ketika dilakukan pemeriksaan oleh perawat dikatakan anak saya kekurangan HB.

“Pada hari itu kami tidak menginap sebab setelah diberikan infus  2 kantong penahan mual, putri saya terlihat membaik,” pungkasnya.

Setelah kami pulang (jarak Puskesmas dan Rumah kebetulan sangat berdekatan), keesokan hari di tanggal 19 April, anak saya mengeluhkan sesak napas.

Pada hari itu juga kami mendapatkan informasi kalau dokter yang sebelumnya berada di Kota Palu saat ini telah tiba di Bunta.

Berharap secercah kesembuhan bagi putrinya, Johoro memutuskan membawa kembali ke Puskesmas Bunta.

“Kami masuk ke Puskesmas Bunta di tanggal 19/4/2023 sekira pukul 13.00 Wita, dan yang bertugas hari itu perawat berinisial NK, kami menyampaikan kepada perawat NK untuk menghubungi dokter agar dapat memberikan penanganan medis.”

Oknum NK bukannya berusaha agar memberikan penanganan medis tetapi justru terlihat sibuk memainkan ponsel sambil tiduran, ketika diminta untuk penanganan medis dijawab dengan datar bahwa dokter tidak melayani pemeriksaan pada sore maupun malam hari, dokter akan memeriksa pasien  keesokan paginya.

“Mama mana dokter, mama mana dokter, so sakit skali ini,” ujar Johoro tak kuasa membendung airmata saat mengingat kata-kata terakhir dari putrinya.

Dikarenakan tak tega melihat anaknya kesakitan, Johoro selanjutnya meminta kepada Oknum perawat NK agar Puskesmas Bunta memberikan penanganan medis rujukan pada Rsud Luwuk.

“Ada sempat bahasa keluar dari oknum perawat NK, yang menyebutkan bahwa disini nanti somo mati baru dirujuk,” ujarnya mengulang kembali ucapan oknum perawat NK.

Bagai disambar petir, emosi Johoro tersulut sehingga meminta agar oknum tersebut memperhatikan ucapannya.

Sedari siang kami menunggu pemeriksaan dari dr Agung, akan tetapi sampai anak saya dibawa menuju RSUD Luwuk, dokter tersebut sama sekali tak memperlihatkan batang hidungnya.

“Anak saya dirujuk saat selesai tarawih, dan tiba di IGD RSUD Luwuk pada Tanggal 20/4/2023 tepatnya Pukul 01.00 Wita. Hanya berselang 2 jam di IGD RSUD Luwuk, Misbah anak saya meninggal dunia pukul 03.00,” terangnya mengingat peristiwa itu.

Johoro menegaskan, akan membawa persoalan dan pengaduan kinerja pelayanan Puskesmas Bunta  kepada Kadinkes Banggai bahkan sampai kepada Lembaga DPRD Banggai, karena menurutnya telah banyak korban-korban dari tindakan semena-mena oknum di Puskesmas Bunta.

“Pada tanggal 3 Mei pasca 14 hari anak saya meninggal, saya dipertemukan dengan oknum perawat NK, dr Agung Hidayat serta Kepala UPTD Puskesmas Bunta, dr I Nyoman Widana untuk mendapatkan penjelasan, akan tetapi saya masih tidak terima,” bebernya.

Bukannya tidak memaafkan akan tetapi  sikap oknum perawat NK saat pertemuan itu seakan-akan memojokkan saya dengan mengingkari bahasa dan sikapnya saat melayani anak saya.

Disaat itu dengan nada merendahkan, dirinya bahkan dipersilahkan oleh Oknum Perawat NK untuk mengungkapkan perasaannya. “Silahkan curhat-curhat,” tandasnya.

“Mereka seakan-akan membedakan dalam memberikan pelayanan, kalau melihat pasien datang diantar menggunakan mobil pribadi pasti akan sigap, berbeda hal kalau pasien hanya naik bentor sperti saya, apalagi saat diketahui pasien menggunakan BPJS atau KIS,” keluhnya.

Tanggapan Kepala UPTD Puskesmas Bunta

Permintaan klarifikasi atas perlakuan yang dialami oleh Ny. Johoro telah dilayangkan Luwuk Post kepada  Kepala UPTD Puskesmas Bunta,  I Nyoman Widana SKM.

Melalui pesan singkat, Kepala UPTD Puskesmas Bunta menerangkan bahwa kalau masalah tersebut pernah diselesaikan (dipertemukan keluarga pasien, perawat dan staf).

“Dan sudah dijelaskan, klo terlambat rujuk saya pikir tidak. karena menurut perawat justru ibunya yang belum mau di rujuk saat itu, akhirnya besoknya baru dirujuk. Kita selalu siap kalau Ada pasien yang mau dirujuk,” terang  I Nyoman Widana SKM yang saat diminta keterangan sedang dalam giat merujuk pasien. (Red)